Sedih dan pahit rasanya kalau saya menjadi Prabowo. Sudah keluar usaha 3 D (Doa, Duit, dan Daya) untuk bisa dapat ucapan dukungan langsung dari Jokowi akhirnya amsyong.
Harapan terbesar sebenarnya adalah panggung Rakernas Projo dimana Prabowo sudah dijanjikan akan ada deklarasi capres Prabowo dimana akan disaksikan langsung oleh Jokowi dan Gibran.
Pernyataan akan hadir bersama Jokowi, Prabowo, dan Gibran terekam jelas oleh media sebelum Rakernas Projo. Apa daya, Budi Arie Setiadi dipanggil khusus cuma ngomong berdua dengan Jokowi.
Menurut analisa saya, disitulah Jokowi menegaskan sikapnya kepada Budi Arie. Bisa kita lihat dalam rentetan Rakernas Projo yang gagal total dan bahkan bubar setelah dibuka langsung oleh Jokowi.
Budi Arie wajarlah meminta adanya deklarasi capres Prabowo bersama Jokowi dan Gibran. Karena itulah sebenarnya tawaran dia kepada Prabowo. Kalau cuma dapat dukungan Projo mah kecil banget.
Tapi apa daya, Jokowi tidaklah mungkin memberikan dukungan kepada Prabowo. Dan tidak mungkin juga blak-blakan tidak mendukung Prabowo karena karakter Prabowo yang gampang emosian.
Itulah sebabnya Jokowi minta Projo sabar dan tunda deklarasi. Tapi karena sudah ada deal antara Budi Arie dan Prabowo, akhirnya arahan Jokowi tersebut tidak diindahkan dan lebih menurut kepada bunyi gong 8 kali.
Lalu Prabowo dapat apa dari Projo?!
Prabowo tentu saja senang karena didukung Projo, walaupun sebenarnya Prabowo tidak tahu bagaimana fakta didalamnya. Pedihnya, Prabowo diangkat jadi anggota kehormatan dimana Projo saja sebenarnya tidak punya anggota.
Selama saya ada di Projo, tidak pernah ada namanya keanggotaan. Jadi kalau ada yang bilang dia anggota Projo dan kader Projo itu sangat aneh. Ada sih memang yang buat kartu nama sendiri untuk keliling ke beberapa kementerian, tapi itu biasanya kartu nama sebagai pengurus.