Sejak KTT Asean di Jakarta berlangsung sampai hari ini, Jumat (15/9/2023), kita sudah sering melihat langit biru di Jakarta. Walaupun sempat juga ada polusi pekat pada hari Rabu (23/9/2023), tetap saja penampakan langit biru Jakarta adalah bukti polusi yang mulai berkurang.
Banyak teori yang disebut menjadi penyebab polusi berkurang. Mulai dari teori ilmiah sampai teori kepemimpinan. Karena ada yang menyebutkan bahwa langit biru Jakarta terealisasi sejak Luhut diangkat Jokowi memimpin satgas pengendalian Polusi Jabodetabek.
BNPB mengklaim birunya langit Jakarta disebabkan karena efek dari Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) metode water mist spraying menggunakan pesawat. Namun, BMKG menyebutkan bahwa birunya langit Jakarta tidak hanya karena TMC melainkan ada faktor lain.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menegaskan bahwa pemicu birunya langit Jakarta beberapa hari terakhir tak hanya disebabkan dari satu faktor misalnya TMC. Namun juga banyak faktor yang bisa memengaruhinya.
"Jadi tidak hanya satu faktor saja misalnya angin. Namun banyak faktor yang mempengaruhi Konsentrasi Polutan, antara lain sumber emisi (PLTU dan Kendaraan bermotor), usaha mitigasi polutan dengan TMC, dan angin, serta faktor meteorologis lainnya," imbuhnya lagi.
Terlepas dari kebijakan pendek pemerintah dalam mengatasi polusi udara yang perlu kita apresiasi, yang perlu menjadi perhatian serius adalah apa kebijakan menengah dan panjang pemerintah untuk menekan polusi.
Yang sering kita dengar kebijakan yang akan diambil adalah terkait PLTU batubara dan kendaraan listrik. Lalu yang mana paling efektif dan efisien?!
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai bahwa penggunaan electric vehicle (EV) merupakan solusi untuk mengurangi polusi dari sektor transportasi yang notabene semakin signifikan karena kemacetan di Ibu Kota.
Menurutnya Polusi dari sektor transportasi itu semakin terasa karena kemacetan. Motor dan mobil ICE [mesin bakar konvensional] pembakaran BBM-nya jalan terus ketika macet, waktu tempuh jadi lebih panjang, padahal jarak sama saja.
Masuk akal sih, polusi jadi menumpuk di Jakarta karena terjadi penumpukan gas buang kendaraan bermotor saat terjadi kemacetan. Apalagi sebelum terjadinya polusi udara Jakarta yang membahayakan tersebut, sering kita temukan berita kemacetan di Jakarta yang panjang dan lama.