Fabby menambahkan bahwa meski EV masih menggunakan listrik dari pembangkit listrik di Indonesia yang mayoritas masih menggunakan sumber bahan bakar fosil, terutama PLTU batu bara, efek polutannya tidaklah sebesar kendaraan bermotor ICE.
Di sisi lain pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriyatna menekankan bahwa bagaimanapun, polusi terbesar di Ibu Kota berasal dari sektor transportasi, terutama karena kemacetan dari para pengendara roda empat. Namun yang juga perlu jadi perhatian penting adalah angkutan umum di Ibu Kota
Oleh sebab itu, menurut Yayat, pemerintah tidak perlu terlalu banyak memberikan subsidi bagi kendaraan listrik yang ditujukan untuk segmen menengah ke atas.
Dia pun mengharapkan ada tarif layanan transportasi umum terintegrasi berbasis langganan bulanan. Melalui mekanisme ini, subsidi berperan mengakomodasi masyarakat untuk menggunakan transportasi umum sepuasnya dalam sekali transaksi.
Saya sih sependapat dengan pernyataan Pak Yayat. Kalau pembelian mobil listrik di subsidi sih sepertinya tidak perlu dilakukan. Kalau mau, subsidi diberikan kepada pengguna transportasi umum, seperti LRT, MRT, KRL, Transjakarta, dan bahkan Kereta Api Cepat.
Yakinlah kalau transportasi umum sudah semakin baik, kendaraan bermotor sudah konversi ke listrik, maka polusi udara Jakarta akan bisa ditekan. Karena faktanya, penyebab utama Polusi Udara Jakarta adalah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak dari fosil.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI