Presiden Jokowi benar-benar memanfaatkan sidang tahunan MPR tahun ini untuk menyatakan sikap politiknya. Di awal pidato kenegaraannya, Presiden Jokowi dengan lantang dan tegas menolak menjadi "paten-patenan" atau alibi dan tameng politisi dan partai politik di luar PDI Perjuangan dalam penentuan capres dan cawapresnya.
Mengapa Jokowi tegas menyatakan hal tersebut?! Tentunya karena saat ini kondisi politik sudah mulai hangat-hangat kuku dan usaha Jokowi untuk mengerem agar kondisi tersebut tidak terjadi lebih cepat tidak terelakkan lagi. Merapatnya Golkar dan PAN menjadi trigger Jokowi untuk mulai tegas menarik diri dari koalisi besar pendukung Prabowo.
Menurut saya, pernyataan Jokowi ini juga menegaskan bahwa dirinya sudah selesai melakukan cawe-cawe politik. Dengan majunya Prabowo dan Ganjar, skenario keberlanjutan akan bisa dilanjutkan dengan baik. Dalam skenario ini, Anies akan mudah diredam, dan Prabowo akan lebih mudah dikalahkan karena sudah pernah 2 kali dikalahkan.
Alasan Jokowi jelas bahwa penetapan capres dan cawapres adalah kewenangan dari Ketua Partai Politik karena sesuai UU, penentuan pasangan capres dan cawapres oleh partai politik dan gabungan partai politik. Apakah Jokowi cawe-cawe?! Ya jelas cawe-cawe, tapi keputusan tetap pada Ketua Partai masing-masing dan tidak ada arahan maupun intevensi.
Pernyataan ini seharusnya menjadi sikap tegas Jokowi yang perlu digarisbawahi oleh publik. Jangan lagi tertipu oleh politisi dan parpol yang paten-patenan dan jadikan Jokowi tameng untuk pilihan capres dan cawapresnya. Kalau memang mau pilih Prabowo ya pilihlah Prabowo. Jangan bilang itu arahan dan restu Jokowi. Jadilah politisi dan parpol yang dewasa dan mandiri tanpa menunggu arahan petugas partai lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H