Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rusaknya Nalar Politik Bambang DH

8 Agustus 2016   20:41 Diperbarui: 8 Agustus 2016   20:45 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang terjadi dalam nalar politik Pelaksana tugas ketua DPD PDI Perjuangan DKI  Jakarta, Bambang Dwi Hartono. Bambang menyatakan bahwa Ahok bisa saja gagal maju dalam Pilkada DKI Jakarta. Karena partai pendukung Ahok seperti Golkar, NasDem dan Hanura bisa saja berubah pikiran.

"Maju enggak? Sudah ada kepastian belum? Ini nanti tergantung sama tiga partai politik yang sudah dukung," ujar Bambang usai menghadiri deklarasi koalisi di Pilgub DKI 2017, Jakarta, Senin (8/8).

"Kalau satu partai ikut kami, bagaimana? Untuk DKI Jakarta ini kan butuh 22 kursi," ucapnya.

Pernyataan Bambang ini sangat tidak pantas diucapkan oleh seorang pemimpin partai, sangat kekanak-kanakan. Sebagai salah satu pemimpin dan juga merupakan salah satu elit parpol, Bambang harus mampu menjaga setiap perkataannya karena itu semua akan bisa menjadi bumerang. Mengapa saya menyebutkan seperti itu? Karena koalisi kekeluargaan yang dibangun 7 parpol tersebut pun tidak bisa juga menjadi sebuah kepastian. Apalagi deklarasi yang digalang tanpa sebuah surat resmi, berbeda dengan partai pendukung yang sudah memberikan surat resmi dukungannya kepada Ahok.

Dalam pernyataannya tersebut, Bambang seperti sedang meragukan dukungan 3 parpol pendukung Ahok. Padahal dukungan Golkar, Hanura, dan Nasdem bukanlah dukungan verbal atau sebuah deklarasi tanpa catatan. 3 partai tersebut sudah memberikan surat resmi partai sebagai tanda kepastian dukungan mereka. Jadi, kalau ada yang berpaling tidak mendukung Ahok, maka partai tersebut tidak pantas disebutpartai rendahan dan tidak tahu berorganisasi. Saya pikir, 3 parpol ini tidak main-main dalam memberikan dukungannya.

Bambang dalam pernyataannya sangat merendahkan kredibilitas 3 partai pendukung. Apa Bambang sedang berpikir bahwa politik adalah sebuah permainan dan dilakukan dengan ecek-ecek tanpa kepastian? Nalar yang rusak dalam berpolitik. Partai pendukung Ahok tidak mungkin menarik dukungannya apalagi mereka sudah memberikan surat dukungan resmi dan disaksikan oleh publik pernyataan resmi mereka. Bukan hanya itu, 3 parpol ini pun berjuang melobi PDIP demi Ahok, bukan untuk meninggalkan Ahok.

Semoga rusaknya nalar politik Bambang ini tidak menular kepada pimpinan dan elit PDIP lainnya. Karena begitu kesumatnya dan takut kalah sama Ahok di Pilkada DKI Jakarta semua hal dilakukan. Berkoalisi dengan partai lain dan berusaha menarik parpol pendukung Ahok. Semua sikap politik yang tidak sehat dan sudah sangat tidak masuk akal. Marilah berpolitik dengan nalar sehat. Daripada pusing memikirkan dukungan Golkar, Hanura, dan Nasdem lebih baik tentukan sikap dan pilihan untuk Pilkada DKI Jakarta.

salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun