Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebijakan BBM Non Subsidi, Pertamina pun "Menjerit"

17 Januari 2012   13:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:46 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan menggunakan BBM Non Subsidi mulai tanggal 1 April 2012 kepada semua mobil pribadi membuat PT Pertamina (Persero) "menjerit" kepada pemerintah. Meski siap bersaing dengan perusahaan asing yang juga menjual bahan bakar minyak, khususnya jenis bahan bakar minyak (BBM) non subsidi.
Namun, Pertamina meminta pemerintah memberi perlindungan.

"Jeritan" ini wajar dilakukan. Pasalnya, selama ini stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) milik asing mendapatkan kemudahan.

"Kami siap, sangat siap (bersaing). Namun, kami berharap pemerintah juga memproteksi kami," tutur Karen Agustiawan, Direktur Utama PT Pertamina, Selasa, 17 Januari 2012.

Kemudahan yang dimaksud adalah tidak diharuskannya perusahaan asing membuat kilang minyak dan boleh mengimpor minyak dari negara mereka. Padahal, di negara lain, seperti Malaysia, investor asing wajib membangun kilang.

Investasi membangun kilang tentu saja sangat besar. Jika perusahaan asing tidak diwajibkan membuat kilang, maka biaya operasional mereka akan berkurang. Hal ini akan membuat perusahaan asing punya untung besar sedangkan Pertamina harus menutupi biaya kilang dan perawatannya.

Pilihan melindungi perusahaan nasional seharusnya menjadi kewajiban pemerintah. Jangan sampai kita baik sama negara lain, sedangkan perusahaan sendiri tertekan.

Semoga jeritan Pertamina ini dijawab pemerintah dan menunjukkan komitmen pemerintah yang pro kepada rakyat dan miliknya sendiri. Jika tidak? Berarti pemerintah tidak pro nasional. Bagaimana pendapat anda?

Sumber: tempointeraktif.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun