Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

BBM Tidak Dinaikkan Demi "Angka" Kemiskinan?

16 Januari 2012   03:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:50 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kepastian BBM tidak naik tidak mungkin lagi dicegah. Hal ini dinyatakan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono di harian kompas. Agung memastikan pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak di Tanah Air hingga akhir tahun ini. Kebijakan menaikkan harga BBM dinilai tidak strategis dalam upaya mengurangi angka kemiskinan.

”Percayalah, pemerintah tidak mungkin menaikkan harga BBM meski didesak banyak pihak. Pak Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono) telah menyatakan hal itu kepada kami berulang-ulang,” kata Agung di Manado, Sulawesi Utara, Minggu (15/1/2012).

Pemerintah sendiri yakin dengan program konverter dari BBM ke BBG. Meski secara infrastruktur masih terbatas, pemerintah optimis kebijakan ini berhasil. Seperti halnya konversi minyak tanah ke gas elpiji.

Mengenai Konverter minyak ke gas, pemerintah hanya menyediakan 2,5 juta konverter gratis. Itupun untuk kendaraan umum, sedangkan jutaan mobil lain harus membeli konverter seharga 12 juta. Meski akan memberikan kemudahan mencicil konverter bagi kendaraan
pelat hitam, tetap saja akan memberatkan golongan menengah ke bawah.

Kebijakan pemerintah tidak menaikkan harga BBM demi angka kemiskinan saya pikir bukanlah langkah yang bijak. Tidak menaikkan harga BBM dan mengharuskan kendaraan plat hitam menggunakan pertamax atau gas hanya akan memberikan efek negatif lain. Ada kemungkinan industri mobil akan menurun penjualannya. Jika ini terjadi maka bisa saja membuat pengangguran bertambah. Padahal industri mobil cukup banyak memberikan lapangan pekerjaan dari hulu hingga ke hilir.

Parahnya penjualan mobil paling besar ada di P. Jawa dan Bali. Hal inilah juga yang perlu diantisipasi segera oleh pemerintah.

Selain itu, pemerintah juga akan dihadapi permasalahan transportasi. Saya melihat ada kemungkinan para pemilik mobil beralih ke sarana transportasi umum untuk mengurangi konsumsi BBM mereka. Jika melihat kondisi transportasi umum sekarang, maka kemungkinan besar akan ada kekacauan besar. Ketersedian transportasi umum yang terbatas akan menghambat pertumbuhan ekonomi.

Nah jika sudah begini apakah yang dimaksud dengan angka kemiskinan yang dimaksud? Apakah "angka" disini punya makna pencitraan? Apalagi pemilu 2014 semakin dekat.

Bagaimana pendapat anda? Apakah lebih baik harga BBM dinaikkan atau tidak? Benarkah harga BBM tidak naik mampu mengurangi angka kemiskinan?

Selamat siang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun