Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kami Hanya Ingin Beribadah...

26 September 2011   07:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:36 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu, 25 September 2011, seperti biasa kami beribadah. Ibadah dimulai jam sembilan pagi. Sejak jam tujuh kami sekeluarga sudah sibuk mempersiapkan diri. Mama menyiapkan sarapan pagi, kami semua harus bergantian mandi supaya tidak telat. Setelah mandi kami pun bergegas memakai baju gereja. Sebutan baju gereja bukan berarti ada seragam ke gereja. Baju gereja biasanya baju yang bagus diantara semua baju yang dimiliki.

Setelah semua siap kami lalu pergi ke gereja. Karena tidak jauh dari rumah kami berjalan kaki ke gereja. Gereja kami gereja yang cukup kecil. Jadi sangat sesak jika para jemaat hadir semua. Ketepatan hari ini banyak yang hadir, jadi tempat duduk sudah cukup padat. Nah, karena gereja kami kecil jadi semua jemaat saling mengenal. Jika ada orang baru maka kami akan langsung tahu. Hari ini ada satu orang yang jarang terlihat di gereja. Dia duduk di pojok belakang. Orang ini memakai jaket hitam yang tertutup. Dia seperti sedang sakit. Karena dia gelisah dan berkeringat. Tetapi sudahlah ibadah segera dimulai.

Liturgi gereja pun mulai. Lagu pujian dan penyembahan dilakukan. Aku sangat menikmati ibadah hari ini. Tidak berapa lama lagi khotbah akan disampaikan. Yang menyampaikan tentu saja pendeta yang menjadi gembala sidang kami. Pendeta ini sudah bertahun-tahun melayani kami. Meski begitu khotbahnya tidak pernah bosan kami dengarkan. Akhirnya waktu khotbah pun tiba. Pendeta naik ke mimbar dan kami pun berdoa.

Amin! DUAARRR!!!

Suasana gereja yang hikmat pun menjadi kacau. Kami berhamburan keluar. Aku hanya bisa terdiam dan tidak bisa bergerak. Sepertinya aku terkena serpihan bom. Tuhan mengapa ada bom di gereja? Mengapa kami yang diserang? Bukankah kami hanya beribadah? Apa salah dan dosa kami? Ampunilah mereka...

NB: ini hanya sebuah fiksi yang menggambarkan betapa menyedihkan peristiwa ini. Para jemaat yang hanya ingin beribadah tetapi akhirnya menjadi korban dari sebuah ideologi. Semoga ada orang yang mau merangkul mereka yang salah memahami sebuah ideologi. Supaya jangan ada lagi tempat ibadah yang dibom. Kami hanya ingin beribadah dengan tenang di tanah air kami sendiri....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun