Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ironis, BRTI Sibuk Mengawasi "Vote" Komodo, Pencurian Pulsa Saja Tidak Becus Diawasi

9 November 2011   23:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:51 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tempointeraktif.com merilis berita bahwa Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) terus mengawasi sejumlah operator terkait SMS voting mendukung Taman Nasional Komodo sebagai tujuh keajaiban dunia. Komisaris BRTI, Danrivanto Budhijanto, di Jakarta, Rabu, 9 November 2011 mengatakan sejauh ini belum ada laporan resmi ke Kementerian Komunikasi dan Informatika maupun BRTI terkait pemotongan pulsa vote komodo.

Awalnya, menurut dia, tarif SMS mendukung Pulau Komodo sebesar Rp 2000/sms. Namun, timbul masalah dan pemerintah menarik Pulau Komodo dari ajang New7Wonders. Akhirnya diambil-alih Pak Jusuf Kalla bersama kelompok P2K dengan tarif Rp0 sampai Rp1/sms. Kementerian Komunikasi dan Informatika semula mengaku telah menerima pengaduan terkait vote Pulau Komodo melalui layanan SMS. Karena saat berikan dukungan dibayar melebihi ketentuan, yakni mencapai Rp.1000-1500/sms. Padahal, dijanjikan vote melalui sms itu tidak dipungut biaya
(gratis).

Ketika membaca pernyataan BRTI ini saya pun segera sms KOMODO ke 9818 melalui kartu Simpati saya. Pulsa saya waktu itu tinggal Rp 7.951 dan ketika saya kirim sms pulsa saya berkurang Rp 1 menjadi Rp 7.950. Lalu mengapa ada laporan penyedotan pulsa sampai 1.500? Saya juga tidak tahu mengapa bisa seperti itu. Tetapi dari apa yang saya lakukan, pernyataan BRTI itu tidak benar.

Giatnya pengawasan BRTI membuat saya juga bertanya-tanya. Sangat berbeda dengan kasus penyedotan pulsa yang dilakukan oleh beberapa operator. BRTI seperti ompong dan tidak mampu berbuat apa-apa. Bahkan meski sudah ada yang melapor, belum juga ditemukan siapa pelakunya. Bukankah mereka itu teregister supaya bisa mengirimkan sms dan membuat link menyedot pulsa?

Semoga dalam pengawasan ini BRTI tidak punya maksud apa-apa. Karena penggalangan dukungan melalui sms ini tidak merugikan konsumen dan dilakukan dengan sadar. Jadi, mari kita terus "vote"! Hanya Rp 1 kalau anda memakai Simpati.

Selamat pagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun