Putri Presiden AC Milan, Barbara Berlusconi, menyatakan bahwa ayahnya, Silvio, tak berniat menjual klub meski tengah dililit masalah finansial. Beberapa laporan terakhir di media Italia menyebutkan, Silvio Berlusconi ingin menjual Milan untuk mendapatkan dana segar demi membayar denda 560 juta euro (sekitar Rp 6,770 triliun) yang dikenakan ke salah satu perusahaannya, Fininvest. Denda itu dijatuhkan setelah Silvio Berlusconi, selaku pemilik Fininvest, terbukti melakukan penyuapan dalam proses pengambilalihan grup perusahaan Mondadori pada tahun 1990. (kompas.com)
Berita ini tentu saja membuat gusar para fans Milan (Milanisti) yang mengharapkan Milan kembali berjaya di Pentas Eropa. Bahkan Milan diharapkan mampu mendahului Inter untuk meraih bintang kedua (meraih scudeto 20x). Dengan beban Berlusconi harus membayar denda sebesar 560 Juta Euro maka Milan akan terkena dampak krisis. Hal ini akan membuat Milan layu sebelum berkembang.
Kondisi Milan ini pernah terjadi pada musim 2008 yang membuat Milan harus menjual Kaka ke Real Madrid. Musim itu juga Milan sangat pelit untuk belanja pemain. Krisis itu berlanjut di dua musim berikutnya. Milan tidak bisa belanja pemain besar. Pada awal musim 2010, Milan membaik. Dana transfer melimpah tersedia dan akhirnya Milan bisa membeli pemain hebat seperti Ibra dan Robinho. Dan di pertengahan musim berhasil mendatangkan Cassano dan Van Bommel. Prestasi pun diraih dengan menjuarai Liga Italia.
Musim ini Milan memasang target untuk menjuarai Liga Champion dan ingin menambah skuadnya dengan pemain berkualitas. Hal ini dilakukan karena Milan kehilangan Pirlo serta meningkatkan kualitas permainan Milan agar mampu bersaing di Liga Champion. Tetapi apa mau dikata Milan saat ini akan terkena dampak dari krisis finansial Berlusconi.
Saya berharap Milan masih bisa mempertahankan Scudeto musim ini. Jika pun Milan mau lebih berkembang lagi, ada baiknya Berlusconi menjual AC Milan. Tetapi apa pun yang terjadi saya tetap Milanisti. Bagaimana dengan anda? Milanisti juga? Apa pendapat anda?
Salam layu sebelum berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
