Mohon tunggu...
Angga Palsewa Putra
Angga Palsewa Putra Mohon Tunggu... -

kemanusiaan adalah alasan dunia ini exist

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bebas Bersyarat

11 Maret 2012   17:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:12 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semakin kesini semakin aku merasa dunia hadir begitu lengkap, begitu menawan, terkadang aku melihatnya sebagai gadis perawan yang bersolek agak berlebihan. Penilaian sebagai seorang lelaki tentu saja, mungkin seorang demi seorang akan memiliki penilaian yang berbeda sesuai dengan konsep ideal nya masing-masing.Dan tentu lain lagi halnya dengan entitas lain yang semuanya mengaku berhak mewarisi bumi ini, masing-masing akan melihat lewat kacamata yang berbeda pula. Dunia menawarkan apa pun yang dibutuhkan siapapun, bahkan sekalipun kebutuhan itu tidak mereka sadari sebelumnya dan sepertinya kebutuhan itu tak ada habisnya. Ia senantiasa bermunculan menjelma sebagai hasrat yang mendesak rongga dada. Ia berparuh dan berkuku tajam. Bagi siapa yang tak memiliki dinding hati yang cukup tebal niscaya akan koyak, lalu seekor gagak hitam akan lepas dari kurungan dadanya untuk kemudian berkelana tanpa komando dari tuannya. Pagi itu aku terbangun dan kulihat kurungan dadaku telah ditinggalkan penghuninya. Koyak.

Belakangan ini letupan-letupan kecil itu berlompatan memenuhi ruang sempit di kepalaku. Perlahan mereka mulai mendominasi aktifitas harian di dalam sana. Konfilik, bertengkar dan diakhiri dengan masturbasi. beberapa kali aku mencoba memvonis diriku dengan beberapa usaha pembenaran seperti skizofrenia, psikopath, obsesif hingga sempat berpikir mungkin aku sudah gila. Aku tak pernah sepakat dengan dunia ini tapi dengan diam-diam juga menikmatinya. Hari ini aku akan memperlakukannya sebagai balita yang harus ku timang dan ku nyayikan kidung selamat tidur, tetapi tiba-tiba di lain hari ia tampak seperti program ibu-ibu PKK di tingkat kelurahan. Ada pernyataan bahwa selama manusia masih menyandang status kemanusiaannya ia tak akan pernah merdeka. Kata itu hanyalah salah satu dari sekian banyak mitos yang dipaksakan kedalam setiap kepala yang tak menyadari bahwa mereka telah dibutakan selapis. Tak diragukan lagi bahwa setiap entitas di alam raya ini sedang menanggung hukuman. Ya, itu sebabnya mengapa ada istilah hukum alam. Air mengalir, apel jatuh ke tanah, matahari terbit dan tenggelam tidak lebih adalah para narapidana yang sedang menjalani hukuman. Ah....apakah arti sesungguhnya menjadi manusia jika kemanusiaan telah hilang dimuka bumi ini.

Lalu apakah aku harus bersedih setelah melihat hasratku telah pergi meninggalkan tempatnya? Atau sebaiknya aku menangkapnya kembali untuk kupenjarakan dan jika perlu kumusnahkan sekali? Kadang aku berfikir bahwa ia hanya ingin menikmati kebebasannya yang terbatas itu. Karena bagaimanapun kata “merdeka” terlalu rumit untuk kita mengerti dan oleh karena itu sulit untuk mempercayainya. Maka wahai manusia marilah mendendang kidung kematian bagi sipir penjara kehidupan. Umumkanlah ke segenap penjuru dunia bahwa membunuh hasrat adalah kejahatan yang paling tidak manusiawi. Mari beramai-ramai kita lepaskan borgol yang membelenggu hasrat kita. Putuskan tali kekang yang mencolok lubang hidung kita. Pecahkan pintu-pintu yang mencegah hasrat kita untuk menikmati udara kebebasan. Sebagai gantinya, nurani adalah tuas kemudimu, penguasa adil atas dirimu sendiri. TetapiKita bukanlah yang tau segalanya. Bahkan malaikatpun bertanya, maka tanyalah pada nuranimu.

Talang Ojan, februari 2012.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun