Mohon tunggu...
paldfrisda dakka
paldfrisda dakka Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Haluoleo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lorong Kosong

8 April 2013   03:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:33 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sunyi…

Hanya ada suara jangkrik-jangkrik yang sahut-sahutan seperti sedang menanggapi indahnya malam. Takut, tapi tetap melaju terus, sepertinya kedua kakiku tak terhentikan. Langkah demi langkah jantungku memburu. Ya, memburu langkahku. Tak ku tengok kanan kiriku. Sepertinya rumahku sangat jauh. Sepertinya sudah kelihatan ada cahaya lampu dihadapanku… Ya beberapa meter dari arahku.

Degh…!?

Siapa didepan sana ? dibawa temaram lampu dilorong kecil itu. Hanya terlihat siluetnya. Seperti sosok lelaki tua. Kutatap lekat-lekat wajahnya dari kejauhan. Dibawah sinar bulan yang samar-samar bercahaya karena tertutup awan. Ia memincingkan matanya melihat keatas, Ya… ia melihat bulan, memang melihat bulan. Ia seperti memikirkan sesuatu, atau mungkin menghayalkan, atau jangan-jngan menengingat sesuatu. Sesuatu yang berharga baginya. Ia sangat terlihat serius dan sesekali memincingkan kembali kedua bola matanya.

Dari tadi, terus kupikirkan lelaki tua itu. Kumulai mendekatinya. Sepertinya, aku mengenalnya? Ternyata dia kakekku. Ku pegangi pundaknya dengan telapak tangan kananku. Ia menoleh padaku sembari tersadar dari lamunanya. Ia tersenyum. Dan kembali pada kebiasaannya beberapa detik yang lalu. Sekarang, aku baru sadar,aku sudah tahu apa yang ia pikirkan. Ia kembali dimasa lalu. Masa ketika ia masih berkobar-kobar bersama kawan didepan lawan. Masa dimana ia terbiasa bercengkrama dengan mesiu dan gelegar bom.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun