Mohon tunggu...
Achmad Faesol
Achmad Faesol Mohon Tunggu... -

Alumni PP Al-Amien Prenduan Sumenep Madura\r\nAlumni Pasca Sarjana\r\nUniversitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelayan yang Minta Dilayani

9 November 2014   17:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:15 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun ini sudah ditutup. Beragam formasi dengan kualifikasi tingkat pendidikan tersaji sebagai pilihan alternatif karir. Seperti tahun-tahun sebelumnya, gelombang pendaftar dari berbagai belahan daerah nampak begitu antusias ikut serta. Pemandangan macam ini bisa dimaknai sebagai indikator sederhana betapa besarnya dorongan hasrat putra-putri anak negeri untuk menjadi pelayan rakyat.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejatinya adalah karyawan tetap negara Republik Indonesia. Untuk mengurus berbagai macam keperluan rakyat, negara ini butuh karyawan tetap yang digaji rutin setiap bulan. Sebagai karyawan negara maka hakikat kerjanya adalah pelayanan sehingga tugas utama seorang Pegawai Negeri Sipil adalah melayani rakyat. Dengan begitu, maka mental kerja yang harus dibangun adalah mental melayani. Karenanya, apapun ruang lingkup kerja dari masing-masing posisi pegawai negara, kesadaran dirinya harus berawal dan berakhir pada kata pelayanan.
Kesadaran diri sebagai pelayan rakyat ini harus terus menerus dipertahankan sebab setiap bulan, gaji yang diterima berasal dari uang rakyat. Karena rakyat yang membayar maka sangat logis bila kemudian rakyat harus dilayani dengan bentuk pelayanan maksimal.
Namun pada tataran empiris di lapangan, gambaran umum dari kesadaran diri yang tercipta bukan peran sebagai pelayan tapi juragan. Karena juragan maka mentalnya adalah ingin dilayani bukan harus melayani. Bila tidak percaya, cobalah anda sisihkan waktu beberapa saat untuk mengadakan penelitian komparatif sederhana terkait perbedaan mental kerja antara pegawai negeri sipil dengan pegawai perusahaan jasa. Bandingkan cara melayani antara pegawai bank dengan pegawai pemerintahan, baik di tingkat desa maupun di atasnya.
Sejauh pengalaman saya yang sangat subjektif, setiap kali saya berhadapan dengan pegawai bank, pelayanan yang saya rasakan begitu nyaman. Mulai dari senyuman, raut wajah, obrolan basa-basi sampai pada bahasa tubuhnya, semuanya nampak sebagai bentuk pelayanan. Tapi berbeda dikala saya harus berjumpa dengan beberapa oknum pegawai negara. Meskipun gaji mereka setiap bulan berasal dari uang pajak yang saya bayar, tetap saja saya tidak diperlakukan sebagai orang yang telah menggaji mereka. Tapi malah sebaliknya.
Satu hal yang ingin saya tegaskan bahwa bila anda pegawai negara baik pegawai tetap maupun kontrak, apapun jenisnya; entah itu guru, dokter, aparat keamanan, anggota dewan atau apapun saja, sadarilah bahwa pada hakikatnya rakyat adalah juragan anda. Sebagai pelayan yang tahu diri maka layanilah rakyat bukan minta dilayani rakyat. Jadilah pelayan yang melayani bukan yang minta dilayani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun