Tadi malam saya sempat memutar channel salah satu saluran televisi dari MNC grup yaitu Global tivi. Tayangannya adalah sebuah film yang masuk kategori fil action tentang perjuangan sekolompok orang melawan para monster. Namun bagi saya ada yang lebih menarik dari film tersebut yakni masih munculnya iklan kampanye Hanura atau lebih tepatnya promosi pasangan capres dan cawapres dari partai tersebut Win-HT atau Wiranto-Harry Tanoesoedibyo.
Entah mengapa saya berfikir tayangan tersebut sudah tidak relevan lagi untuk ditayangkan pada saat ini. Pasca hitung cepat hasil pileg kemarin kita sama-sama mengetahui perolehan suara Hanura jauh dari bayangan para pengamat serta analis politik bahkan mungkin juga di luar prediksi para pengamat lokal di kompasiana. Hanura yang diprediksi mengalami kenaikan perolehan suaranya pada pileg kemarin ternyata dalam hitung cepat (quick count) hanya menduduki peringkat ke tiga dari bawah diatas PKPI dan PBB dalam perolehan suaranya. Hasil tersebut tentu jauh dari harapan tim sukses Hanura sendiri.
Masuknya HT ke Hanura setelah hengkang dari Nasdem karena berbeda pandangan dengan Surya Paloh semula dianggap membawa angin segar bagi partai pimpinan Wiranto itu. Kekuatan uang dan media yang dibawa HT diperkirakan memberikan energi besar untuk pergerakan partai, terlebih selama ini Hanura dianggap kondisinya stabil minim konflik. Maka memang kemudian kita melihat banjirnya tayangan kebersamaan Win-HT di televisi-televisi di bawah kongsi MNC grup. Dengan beragam iklan pasangan capres-cawapres Hanura itu yang mengambil tagline Bersih-Peduli-Tegas mencoba meyakinkan masyarakat bahwa partainya sekaligus juga mereka berdua bisa menjadi alternatif pemimpin Indonesia berikutnya.
Namun ternyata cerita berbicara lain. Jangankan perolehan suaranya dalam pileg bisa mencalonkan mereka berdua dalam pilpres Juli mendatang, masuk dalam bursa koalisi partai besarpun belum sampai sekarang jarang terdengar. Pergerakan koalisi PDIP-Golkar maupun Gerindra minim sekali menyebut atau melibatkan partai Hanura untuk masuk dalam koalisi mereka. Tentu saja dengan pertimbangan ada partai lain yang lebih menarik untuk didekati seperti PKB, PPP, Demokrat atau juga Nasdem, PKS dan PAN.
Dengan peta politik koalisi seperti itu masih relevankah tayangan iklan Win-HT muncul di televisi setiap saat bahkan pada masa prime time? Entahlah. Terlepas dari kepemilikan sendiri media-media tersebut mungkin saja ada pertimbangan sendiri dari tim sukses Win-HT. Mungkin mereka masih berharap ada koalisi yang mau mengajak untuk bergabung dengan melihat kekuatan uang dan media dari HT meski harus berpisah Win dengan HT. Tapi kira-kira koalisi yang mana PDIP, Golkar atau Gerindra? Mungkin hanya Win-HT yang tahu kemana harapan itu mereka gantungkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H