Seringkali kita sebagai manusia ketika merencanakan masa depan hanya membatasi diri dengan keinginan terhadap kebutuhan-kebutuhan jasmani seperti tempat tinggal, konsumsi dan kendaraan. Termasuk pula orang tua ketika memotivasi anak-anaknya tidak lepas dari harapan-harapan kesejahteraan duniawi belaka. Wajar saja karena hal tersebut merupakan bukti pencapaian kita terhadap kehidupan dunia sebagai manusia normal. Tidak jarang sebagian kita lupa dengan keinginan kita untuk meninggal dengan cara sebaik keinginan kita untuk hidup seperti yang diharapkan.
Meninggal dengan cara yang baik berarti dalam kondisi beriman dan teguh dalam keimanannya. Hal tersebut dapat dirasakan dirinya sendiri dan orang lain. Karena hati nuraninya selalu jujur menilai dirinya sendiri sebelum dinilai oleh orang lain. Indikasi lainnya adalah orang lain menilai dirinya orang baik. Dengan kata lain selama hidup hubungan sosialnya dengan orang lain dianggap baik. Tetangga merasa aman dari gangguannya, teman kerja dan teman bergaul juga merasa nyaman dekat dengan dirinya.
Nah lalu bagaimana caranya untuk menggapai itu semua? Jaga iman, jaga ibadah dan perbanyak amal kebaikan. Dengan iman hidup kita akan terarah, ibadah membuat kita terjaga dari godaan kejelekan dan amal kebaikan menambah pahala juga membuat hubungan sosial kita harmonis dengan orang lain. Tentu saja untuk istiqomah dan konsisten melakukan itu semua butuh perjuangan ekstra keras. Godaan dari manusia dan setan menjadi penghalang paling besar bagi seseorang untuk dapat istiqomah dengan prinsip-prinsip hidup tersebut. Tetapi kita dilarang untuk pesimis dan putus asa karena Allah swt menjanjikan pertolongan serta bantuan bagi hamba-hambaNya yang senantiasa berbuat kebaikan dan menghindari dari sifat berfutus asa.
Begitu diantara isi ceramah seorang ustadz yang kemarin saya ikuti pengajiannya. Disampaikan dengan bahasa yang santun, suarannya jelas sehingga masih terngiang jelas dalam pikiran dan hati saya. Saya lihat disekitar tempat duduk saya baik bapak-bapak, ibu-ibu maupun anak-anak remaja memperhatikan beliau dengan serius dan tidak jarang menagguk-anggukan kepalanya tanda menyetujui apa yang beliau sampaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H