ada yang berbeda. kalender di rumahmu tampak lebih segar.
aku tak bosan berbincang dengannya.
menghirup kopi sambil terbata-bata melafalkan angka.
berawal satu, lalu dua, kemudian tiga, dilanjut empat, disambung enam, disusul tujuh, di emmm...
istrimu selalu mengagetkanku. tepat sebelum angka itu.
pernah diam-diam aku masuk ke rumahmu. berjingkat mendekati kalendermu.
berawal satu, lalu dua, kemudian tiga, dilanjut empat, disambung enam, disusul tujuh, di emmm....
istrimu selalu mengagetkanku. nyaris ketika kusebut angka itu.
seperti biasa, kamu selalu tertawa mendengar cerita istrimu.
bahkan sangat kompak: kalian menyebutku gila
berawal satu, lalu dua, kemudian tiga, dilanjut empat, disambung enam, disusul tujuh, di emmm...
terputus. hujan awal masehi tak menentu
mesiu-mesiu masih tersimpan di mesium-mesium kota
harga elpiji 12 kg berjajar teratur dihibur orkestra hujan
sementara kalendermu masih menyimpan pesona.
cerita cerita dan sebagainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H