MELANKOLIA: Jangan Pernah Merasa Sepi
Sepasang kakimu
dan beberapa buku miliknya
bertamu ke rumahku
tentu kami gembira merayakan
perjumpaan yang tak diharapkan itu
sepasang kakimu mengenang
bagaimana cintanya kepadamu
bertumpuk-tumpuk seperti buku
di perpustakaan kotaÂ
~ yang kini hening seperti kuburan
Aku bertepuk tangan menikmati
ceritanya, yang tentu menjemukan
dan penuh bunga-bunga kepalsuan
Apa kabar wahai kamu?
| Demikian aku sok akrab menyapa beberapa buku miliknya yang lesu di hadapanku
Ia hanya tersenyum. Saya tafsirkan saja, getir.
Sepasang kakimu terus mengoceh
tentang harga minyak goreng
dan caci maki di media sosial
yang terus dan menerus bak roket
Bel jam kesayanganku berdentang
dua tamu berpamitan sembari
menumpahkan air matanya
ke dadaku yang melompong ini
"Jangan pernah merasa sepi, kalau tidak terpaksa" ledek keduanya kompak
malam berjalan menepi
dan sepi kembali berdatangan
menyemut sembari menari dan bernyanyi
tanpa henti
14/1/22
Merasuk, Sda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H