Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Garis Tangan

1 Maret 2020   15:43 Diperbarui: 2 Maret 2020   17:21 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lebih jelasnya?" saya pancing untuk penjelasan lebih lanjut. Sebenarnya saya tidak peduli. Tetapi ada suara dalam diri untuk meminta konfirmasi ucapannya.

Ia tersenyum. Lalu berdiri dan meninggalkan pembicaraan seperti orang tak punya sopan-santun. Datang begitu saja, lalu pergi tanpa permisi.

Markomo menepuk pundak saya. Ia penjaga di warung kopi ini.

"Pernah lihat orang barusan?"

Markomo tampak bingung. Ia lalu duduk di tempat lelaki yang mengatakan keturunan Gajah Mada itu.

"Saya pikir kamu main teater. Bicara sendiri dari tadi."

Saya berusaha mengikuti arah pembicaraannya.

"Di warung ini hanya ada aku dan kamu. Tak ada orang lain. Dari tadi kamu bicara sendiri. Ya kupikir main teaterbatau sejenisnya."

Mata saya terbelalak. Lalu secepatnya berlari ke arah lelaki peramal itu pergi.

"Ada mendung kelam dalam jalan hidup sampean. Sampean harus bijak. Harus berhati-hati. Sekali salah langkah, selesai semua." suara itu menggema dalam kepala.

Prambon - Sidoarjo,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun