"Lebih jelasnya?" saya pancing untuk penjelasan lebih lanjut. Sebenarnya saya tidak peduli. Tetapi ada suara dalam diri untuk meminta konfirmasi ucapannya.
Ia tersenyum. Lalu berdiri dan meninggalkan pembicaraan seperti orang tak punya sopan-santun. Datang begitu saja, lalu pergi tanpa permisi.
Markomo menepuk pundak saya. Ia penjaga di warung kopi ini.
"Pernah lihat orang barusan?"
Markomo tampak bingung. Ia lalu duduk di tempat lelaki yang mengatakan keturunan Gajah Mada itu.
"Saya pikir kamu main teater. Bicara sendiri dari tadi."
Saya berusaha mengikuti arah pembicaraannya.
"Di warung ini hanya ada aku dan kamu. Tak ada orang lain. Dari tadi kamu bicara sendiri. Ya kupikir main teaterbatau sejenisnya."
Mata saya terbelalak. Lalu secepatnya berlari ke arah lelaki peramal itu pergi.
"Ada mendung kelam dalam jalan hidup sampean. Sampean harus bijak. Harus berhati-hati. Sekali salah langkah, selesai semua." suara itu menggema dalam kepala.
Prambon - Sidoarjo,