Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Garis Tangan

1 Maret 2020   15:43 Diperbarui: 2 Maret 2020   17:21 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya terkejut. Seakan ia bisa membaca pikiran saya.

Ia kemudian menjelaskan tujuan utama. Setelah prolog yabg membuat kepala pusing.

"Untuk itu saya perlu membaca garis tangan sampeyan. Untuk dapat menasurkan sekaligus menyarankan sesuatu."

Sekalipun saya tak pernah diramal. Karena memang menurut saya hal demikian adalah hal bodoh. Kalau ramalan cuaca, okelah.

Tapi saya akhirnya menyerahkan juga tangan saya. Bukan supaya diramal, tetapi supaya lebih cepat selesai urusan dengan leluhur Gajah Mada ini.

Ia melepas tangan saya. Matanya memejam. Cukup lama. Saya kembali mengangkat cangkir. Menyesap pahitnya kopi.

Matanya terbuka. Ia memandang saya dengan tajam. Saya merasa jengah dipandangi demikian.

"Hasilnya bagaimana Pak?" akhirnya saya berkompromi. Berharap segera terbebas dari situasi menyebalkan ini.

Ia menarik napas panjang.

"Ada mendung kelam dalam jalan hidup sampean. Sampean harus bijak. Harus berhati-hati. Sekali salah langkah, selesai semua."

Saya terkejut. Ini ancaman atau ramalan. Tetapi saya berusaha menahan kedongkolan. Saya paksakan senyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun