Setelah puisi yang ditulis pagi itu
penyair yang mati dua kali itu
kembali berpisah dengan dunia yang fana ini.
"Jangan sedih, penyair akan hidup lagi" demikian bisik-bisik warga kota yang jengah mendengar kabar kematian si penyair.
Puisi milik almarhumah resmi menjadi gelandangan ibu kota. Ia, puisi itu, melayang-layang di langit penuh polusi kota kami.
Tapi siapa yang peduli dengan puisi milik almarhumah itu? Gedung pencakar langit dan juga gubuk di bantaran sungai sibuk melenggak-lenggok di jalan hidupnya. Begitupun penghuninya.
Maka, demikian beberapa orang masa lalu memberikan semacam ramalan:
| puisi adalah sepi. pada sepilah ia kembali.
Surabaya
13/8/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H