Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Literasi Demokrasi, Sungguh Seksi!

20 April 2019   16:40 Diperbarui: 20 April 2019   18:11 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika kamu berjalan di kampungku, maka kamu bisa lihat kehidupan berjalan sebagaimana mestinya. Pemilu memang sedikit memberi warna. Ya, sebagaimana kampungmu, di sini juga berjajar wajah-wajah caleg yang menebar pesona. 

Lalu money politic (MP), yang trending itu, juga ada di sini. Dan itu mengalir saja. Ketika ada partai bilang menolak MP, ya sah-sah saja. Tapi realitasnya MP tetap berlangsung. 

Beberapa tetangga bahkan "digempur" dari beberapa konstestan. Baik itu partai maupun calon. 

"Supaya tidak dosa, saya bagi pilihan politik di keluarga. Hehe." Kira-kira begitu salah satu tetangga  

Ketika pemilu tiba, warga berduyun-duyun ke TPS. Menunaikan hajat pemerintah. Panggilan negara. Setelah itu menyebar ke penjuru titik. Bekerja. Bilapun nyinyir, itu hanya ketika melepas penat saja. Bukan fungsi utama. Huuheu. 

Istri saya yang pontang-panting. Seminggu sebelum pemilu, kerap rapat seputar pelaksanaan pemilu. Sampai larut. Maklum, menjadi anggota KPPS. Malam sebelum pencoblosan, juga begadang di TPS. 

Pagi pukul 06.30 sudah meluncur ke TKP. Tujuh jam kemudian pulang. Lapar tak terkira. Saya protes. Katanya, makannya cuma malam saja. Alamak. Padahal anggaran pemilu triliunan. Saya terkejut. Padahal pagi belum makan. Yang pasti, di TPS sibuknya bukan kaleng-kaleng. 

Lalu, habis Magrib pulang. Sholat. Berangkat lagi. Tepat pukul 03.00 dia pulang. Sudah jangan ditanya ekspresinya. 

Alhamdulillah. Meski kepayahan, tapi sehat wal afiat. 

Di berita-berita, bahkan ada yang meregang nyawa. Kelelahan dan lain sebagainya. Memang, kematian itu takdir. Jadi sila saja untuk menolak mangaitkan dengan Pemilu. Untuk itu Jawapos membuat dua seri feature yang menarik (18-19/4): Pengorbanan Para "Pahlawan Demokrasi" dari Bilik-Bilik Suara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun