Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pesan Terakhir Bapak

6 Januari 2019   15:54 Diperbarui: 6 Januari 2019   19:30 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Singkat cerita, gegerlah kampung itu. Perempuan itu ternyata salah seorang guru SD di sekolah negeri satu-satunya di situ. Katanya, tiga hari perempuan itu hilang. Selebihnya, saya tidak mau tahu.

Kasus itu membuat saya harus tinggal di sana. Jadi saksi. Repot. Saya nurut. Saya tinggal di polsek. Bukan di tahanan.

Biar bermanfaat, saya membantu bersih-bersih di sana. Rutinas berminggu-minggu. Sampai kasusnya berakhir. Pembunuhan itu sudah terungkap. Lagi-lagi saya tidak ambil peduli.

Sepertinya, pihak polsek menginginkan saya tetap di sana. Sebagai tenaga kebersihan. Saya menolak. Saya diberi waktu untuk memikirkan. Lalu pesan itu datang lagi.

Bodoh jangan dipelihara.

Itulah akhirnya alasan saya menerima tawaran itu. Sebagai tenaga kebersihan. Saat itu usia saya dua puluhan tahun.

Lima tahun kemudian, saya disekolahkan. Saya nurut saja. Saya disuruh belajar ilmu komputer. Sekolahnya jauh. Maka saya diberi kemudahan. Diberi kendaraan. Siang sekolah, malam bersih-bersih.

Hingga kemudian, saya harus menikah. Saya dinikahkan dengan anak Pak RT. Saya tidak menolak. Demikian juga calon istri saya. Pasrah.

Di pelaminan itu, saya menangis. Mengenang waktu-waktu yang hilang di kampung halaman. Kampung yang telah ambles dalam pikiran saya.

Setelah menikah saya ingin kembali ke kampung halaman. Bersama istri saya. Saya naik motor hadiah dari Pak Kapolsek.

Perjalanan ke Selatan. Membawa saya lari ke masa-masa pengembaraan. Namun setidaknya, untuk sementara ini, saya tidak berusaha memelihara kebodohan.
---
Krian-Sidoarjo
06/01/18

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun