Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Prinsip Itu Bernama Dompet Hitam

15 Oktober 2018   10:03 Diperbarui: 15 Oktober 2018   10:20 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kadang, apa yang kita impi-impikan berakhir dengan mimpi belaka. Mungkin, itulah yang tengah mendera Badrus. Lelaki yang sehari-hari menjadi tukang parkir di salah satu pusat perbelanjaan di kota X.

Sebuah dompet hitam dalam genggamannya. Badrus ragu. Ia ingin sekali membukanya. Sepintas, bila dilihat dari luar, nampak lembaran seratus ribu berjubel di sana. Dengan uang itu, demikian ia berandai-andai, Badrus akan dapat melunasi tunggakan sekolah anaknya. Mungkin bisa juga membayar kontrakan yang sebentar lagi jatuh tempo.

Sore itu, Badrus pulang seperti biasanya. Sepeda tuanya ia kayuh melintasi bangunan-bangunan megah di pusat kota. Sepuluh menit dari tempatnya bekerja, matanya menancap pada benda hitam yang sekilas seperti dompet. Ia memastikan dengan menghentikan sepedanya. Benar saja. Sebuah dompet. Ia mengambil dengan segera. Memasukkannya ke dalam tas.

"Kita masih punya harga diri Pak. Jangan buka. Serahkan saja pada polisi" ujar Wati. Perempuan itu tetap pada keputusan awal. Menolak mentah-mentah usul suaminya. Panjang lebar sudah ia katakan. Namun, Badrus juga tak mau kalah. Ia yakin bahwa itu sudah rezekinya. Sudah takdir. Maka pertengkaran suami dan istri tersebut tak bisa terhindarkan.

Riko tengah asyik dengan mainan barunya. Ia tentu tak peduli debat kusir kedua orang tuanya. Anak laki-laki yang usianya masih empat tahun itu tengah menyobek-sobek lembaran uang kertas dari dompet hitam di depannya. Tanpa sisa.

Mengantar senja, 29/01/18

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun