Jangan salah kalau banyak publik (bukan semuanya), menilai PDIP partai yang blunder semenjak berkuasa terutama di periode kedua, mengapa? Bisa dilihat dalam beberapa tahun terakhir---mulai dari kasus Harun Masiku, kasus Bansos yang melibatkan Juliari Batubara, baliho Puan yang dikenal dengan Kepak Sayap Kebhinekaan dan terutama beberapa blunder pernyataan-pernyataan dari PDIP sendiri selama ini sehingga muncul kesan arogan.Â
Ya, itulah konsekuensinya. Kembali pada Koalisi Besar, seperti memang tidak berniat menggandeng PDIP karena Koalisi Besar sendiri diisi oleh orang-orang yang berambisi---misalnya Cak Imin, Prabowo, Airlangga yang saat itu memang belum penentuan Capres-Cawapres. Saya sudah berkeyakinan, koalisi gemuk Jokowi di periode kedua tidak akan berlangsung lagi nanti setelahnya sejak Nasdem pada 2019 sudah mendekat-dekati Anies dan itu bagaikan "Ada cinta yang terlalu" sehingga Anies dideklarasikan sangat awal oleh Nasdem.
Data yang selalu dikutip-kutip adalah mengenai tingkat kepuasan kepada Jokowi itu diatas 50% oleh beberapa lembaga survei atau pengamat politik mengenai Jokowi. Tetapi, persoalannya begini, eksistensi Prabowo kedepannya amatlah ditentukan oleh Jokowi kalau begitu. Mengapa? Saya berharap ketiga capres ini, tidak membawa-bawa Jokowi. Karena, seperti yang saya katakan sebelumnya, tingkat kepuasan Jokowi itu menjadi pertaruhan yang begitu luar biasa dan kalau kepuasan rendah apa kabar atau bagaimana nasibnya?
Sepertinya, bukan hal yang bijaksana menggandeng seorang Jokowi di Pilpres 2024 nanti, yang seharusnya sudah santai dan duduk tenang namun Jokowi dibawa masuk ke arena oleh siapa? Ambisi Jokowi atau lingkungannya sendiri? Saya selalu menyampaikan hal ini kepada beberapa orang kalau berdikusi soal politik, kalau Jokowi itu adalah orang baik tetapi saat berkuasa ia akan dikejar oleh penyokongnya atau dalam bahasa yang sedikit kasar yaitu Debt Collector.Â
Lebih tidak tertarik lagi saya melihat kabar bahwa seorang Ibu mendorong anaknya menjadi penyebab Jokowi, itu urusan personal---tetapi kalau begitu caranya, disitu bisa dilihat kualitas seorang Jokowi sebagai negarawan, apakah bisa membedakan hal yang res publica dan res privata?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H