Mohon tunggu...
Pak Purnomo
Pak Purnomo Mohon Tunggu... -

Saya seorang pendidik, sangat tertarik dengan informasi terkini, inovasi dan kreasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masih Perlukah Larangan Membawa Handphone ke Sekolah?

21 Oktober 2016   09:21 Diperbarui: 21 Oktober 2016   09:31 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi telah mengubah segalanya. Dan teknologi masa depan akan mengubah segalanya yang ada hari ini. Siapa yang menguasai dunia informasi, Dialah sesungguhnya yang akan menguasai dunia. Dua pepatah atau kata-kata bijak terkait dengan teknologi.

Beberapa tahun yang lalu sekolah-sekolah di Indonesia membuat peraturan akademik yang didalamnya memuat larangan membawa handphone bagi siswanya atau peserta didiknya. Hal ini bisa dibenarkan jika pihak sekolah dalam hal ini khawatir jika nanti peserta didiknya akan membuka konten porno, konten kekerasan dan lainnya. Namun semestinya pihak sekolah dalam hal ini tidaklah hanya membatasi pada bagaimana anak tidak membuka konten yang tidak layak tadi. Solusi hendaknya diberikan kepada peserta didik agar lebih bijaksana dalam mensikapi perkembangan teknologi. Anak sekarang lahir sudah dalam dunia Informasi dan Teknologi. Balita sudah bermain gadget entah itu smart phone atau lainnya.

Melihat situasi yang demikian sekolah harus lebih bijaksana dalam membuat aturan. Bagaimana aturan itu mengakomodir kepentingan semua pihak. Kalau sekolah punya kepentingan, peserta didikpun mempunyai kepentingan sesuai kadar kepentingannya.

Jika pekerjaanmu bukan dari internet, maka pekerjaanmu akan segera bangkrut, demikian kata Bill Gates. Pihak sekolah atau guru di saat sekarang perlu memperhatikan kata-kata tersebut. Guru saja sekarang dengan program pemerintah Guru Pembelajar dengan antusias mengikuti program dengan mengupayakan memiliki handphone pinter. Tujuan memiliki handphone pintar ini tentu salah satunya karena adanya program Guru Pembelajar. Guru yang tadinya masih “Gaptek” dengan perjuangan yang “berdarah-darah” sekalipun itu guru yang sudah tua atau sepuh tetap semangat. Kesemangatannya didorong untuk bisa. Sehingga dimanapun bisa dilihat guru asyik gadgetnya. Aktifitas dengan gadget yang awalnya untuk bersosial media, sekarang bergeser menjadi untuk belajar. Belajar dan belajar….itulah guru pembelajar.

Seandainya program ini guru sendiri yang melakukan di diperuntukkan bagi siswanya atau peserta didiknya maka akan menjadi sebuah kekuatan belajar yang dahsyat. Siswa sudah tidak lagi menjadikan guru sebagai sumber belajar. Kalaupun guru belum mampu membuat program sebagaimana program Guru Pembelajar, guru tetap dapat menjadikan Siswa Pembelajar. Di era sekarang fasilitas untuk belajar sangat banyak, apalagi di dunia maya. Di dunia maya sudah tidak ada lagi dikotomi desa-kota, daerah pegunungan-metropolitan. Tidak ada batas ruang dan waktu. Sebagai contoh ada Quipper School, Edmodo, memaksimalkan blog, atau dengan aplikasi lainnya.

Guru dapat memanfaatkan layanan tersebut untuk pembelajaran, sebagai salah satu sumber belajar di samping ada sumber belajar yang lain. Di tempat saya mengajar di daerah Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah tepatnya di Kecamatan Punggelan sebenarnya masuk wilayah daerah pinggiran. Tapi saya dapat memanfaatkan Quipper School sebagai salah satu sumber belajar siswa. Baik mereka mempelajari materi, evaluasi atau berbagi informasi melalui fitur-fitur yang ada.

Guru juga bisa menjadi kontributor di Quipper School, tidak hanya sebagai pengguna. Namun jika belum mampu menjadi kontributor setidaknya sudah bisa mengajak siswanya menjadi SISWA PEMBELAJAR.

Sehingga anak-anak tidak lagi buta informasi dan teknologi. Akhirnya masih perlukah larangan membawa Handphone, dan Smartphone  ke sekolah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun