Terasa begitu jelas saya merasakan menjadi "mahasiswa". Sudah kurang lebih dua tahun menimba ilmu jurnalistik di salah satu kampus yang berada di Depok. Perjalanan satu jam menuju kampus cukup lama bagi saya untuk mengikuti pembelajaran di kampus yang berjalan selama satu hingga dua jam saja. Belum lagi jika ada tugas yang harus diselesaikan di esok harinya.
Empat semester terasa banyak sekali perubahan yang dialami saya sebagai mahasiswa. Tugas yang diberikan oleh dosen semakin banyak. Hal ini membuat jam tidur berkurang bahkan bisa saja tidak tidur sama sekali. Padahal dalam  ilmu kesehatan, kurangnya tidur dalam jangka panjang bisa menyebabkan penyakit kronis seperti diabetes, gangguan jantung, hingga tekanan darah tinggi.
Namun dengan adanya tugas, mahasiswa menjadi lebih banyak memperdalam pengetahuan terkait tugas tersebut. Kesulitan yang dialami dalam mencari referensi sudah biasa dilakukan oleh para mahasiswa. Ketika tdi tengah-tengah mengerjakan tugas, selalu saja terjadi "Stuck." Otak lelah dipaksa berfikir, seketika ide hilang begitu saja. Sungguh rumit sekali!
Situasi berubah ketika pasca pandemi covid. Pembelajaran kuliah yang semula bersifat daring kini sudah luring. Sebagian siap melaksanakan perkuliahan tatap muka di kampus. Hingga senang rasanya bisa melepas rasa bosan menatap layar laptop. Wajah teman-teman saat daring penuh dengan ekspresi datar, belum lagi ketika terjadi kendala jaringan. "maaf pak jaringan saya barusan terputus."
Saya sebagai mahasiswa antusias sekali dapat melaksanakan kuliah secara luring. Belajar menjadi lebih efektif dan interaktif antara dosen dengan mahasiswa. Kesulitan dalam materi yang diberikan dosen bisa ditanyakan langsung ke dosen bersangkutan. Pengalaman dosen tidak perlu diragukan lagi karena diajar oleh dosen praktisi yang ahli.
Berbeda saat pembelajaran online, "cukup pak! Cukup bu!" merasa canggung jika  bertanya dengan dosen bersangkutan. Padahal tidak ada salahnya jika masih bingung atau penasaran dengan materi yang diberikan. Dosen merasa senang apabila ada mahasiswanya yang banyak bertanya dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Kerja kelompok sudah pasti ada dalam dunia perkuliahan. Pekerjaan akan mudah selesai apabila teman kelompok dapat bekerja sama dengan baik. Sebalnya jika mendapat salah satu teman kelompok yang bersikap apatis. Padahal nilai yang didapatkan sama rata untuk bersama. Apakah itu adil?
Saya prihatin melihat teman yang bersikap apatis. Sangat disayangkan ilmu yang seharusnya bisa didapatkan, namun hilang begitu saja akibat sikap apatis teman itu. Tak peduli sesibuk apapun alasan dia kepada teman-temannya. Mau sibuk organisasi, kerja, acara, dan sebagainya tetap mengerjakan. Dengan mengerjakan tugas, dapat melatih sikap tanggung jawab dan disiplin sebagai mahasiswa.
Jika masih memelihara rasa malas, bagaimana kedepannya? Sangat disayangkan apabila masa kuliahnya dihabiskan dengan malas-malasan. Seperti kata motivator terkenal, Mario teguh berkata "Anak miskin menjadi kaya karena rajin, anak kaya menjadi miskin karena malas. Dunia ini bulat dan adil." Â Buang sikap jelek tersebut dan jadilah yang terbaik sebagai mahasiswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H