Fantastik, itulah satu kata yang dapat saya apresiasikan dari pagelaran #SimfoniSemestaRaya Grand Launching kompastv Jum'at 9 September 2011. Entah apa alasan pemilihan tanggal 9 September 2011 yang bertepatan dengan tanggal lahir Presiden SBY itu, yang jelas tanggal 9 September akan menjadi hari bersejarah. Dan tugas berat saat ini berada di pundak para awak KompasTV agar sejarah yang terbentuk nantinya adalah sejarah yang spektakuler. Dan bagi saya sendiri, hadir ke kawasan Senayan dengan tujuan untuk hal diluar sepakbola juga menjadi satu hal yang bersejarah. Selama ini Kompas sudah sudah menjadi salah satu media yang paling di perhitungkan di Tanah Air, bukan karena sensasi ataupun provokasinya, namun Kompas dalam penilaian banyak orang adalah media yang punya karakter, punya visi. Memberikan ulasan yang bukan hanya sekedar akurat, tapi juga luas dan dalam. Memberitakan sajian berita yang tidak berdasar dari sekedar gosip tapi memiliki sumber yang akurat. Menggunakan bahasa yang edukatif, bukan provokatif. Simak saja di akun twitter KH. Shalahuddin Wahid (@Gus_Sholah) adik kandung mantan Presiden (Alm) Abdurrahman Wahid ketika ditanya pendapatnya tentang beberapa media, dan menurut beliau kenapa lebih menyukai Kompas adalah :Â Informasi luas. Artikelnya bagus2. Laporannya lengkap. T @SyukriTakengon: Alasannya apa Gus? RT @Gus_Sholah Bg mrk koran terbagus ya Kompas.RT @cahkelud: Bearti bnyk org ndak bs memilih koran bagus. Sejak hanya masih menjadi koran harian, Kompas adalah media yang gemar saya baca. Salah satu alasan kepuasan saya membeli kompas adalah jujur saja dengan harga yang relatif sama, tapi saya dapatkan Koran yang jauh lebih tebal. Dengan jumlah halaman hampir dan bahkan kadang lebih dari 50 halaman, tulisan yang rapat, memberikan Kompas ruang lebih besar untuk mengupas tuntas tentang sebuah permasalahan. Kompas tidak perlu membuat nama baru untuk media di daerah yang berbeda, namun bukan berarti kompas tidak memperhatikan kearifan lokal pada setiap ulasannya. Ekspansi Harian Kompas yang luar biasa, menumbuhkan segmen pembaca tersendiri bagi Media di Tanah Air. Dan Kompas memiliki rating pembaca yang cukup tinggi. Sebagai orang yang bergerak di bidang advertising yang saya ketahui adalah untuk memasang sebuah iklan di sebuah harian, Kompas memiliki rate yang paling tinggi dibanding lainnya. Dibandingkan dengan media lain yang memiliki cakupan anak perusahaan dan cakupan wilayah yang lebih luas, rate iklan kompas jauh diatasnya, namun bukan berarti kemudian media ini sepi iklan. Hal ini menunjukkan kekuatan kompas yang memiliki rating pembaca yang sangat tinggi. Berkarakter dan Visioner, itulah yang kita lihat dari media Kompas selama ini. Lantas bagaimana dengan kompastv? Dari pagelaran #simfonisemestaraya yang kita saksikan semalam, dua hal itupun dapat kita lihat disana. Pagelaran musik dan tari yang disajikan bukan sekedar pagelaran musik dan tari. Tapi memiliki satu karakter dan visi tersendiri. Bisa kita lihat dari sebagian penyanyi dan band papan atas yang tampil tidak semuanya membawakan lagu-lagunya sendiri, sebagian lagu yang dibawakan adalah lagu gubahan dan karya band/penyanyi lain, namun mereka tetap tampil dengan karakter vokal dan suara mereka. Hal ini mencerminkan bahwa kekuatan karakter dan budaya yang dimiliki tidak akan mudah berubah dengan adanya akulturasi budaya-budaya baru, namun justru kekuatan karakter dan budaya yang kita miliki adalah satu kekuatan yang menjadikan akulturasi budaya baru yang masuk dan melekat menjadi lebih kuat. Kebanggaan terhadap negeri dan rasa cinta tanah air nampaknya menjadi tema dominan pagelaran #simfonisemestaraya. Hal ini bisa kita lihat dari menu yang menampilkan alunan lagu Padamu Negeri. Lagu ini selalu membuat saya merinding ketika menyaksikan pertandingan sepakbola di Malang dan dinyanyikan oleh seluruh Suporter yang hadir memenuhi Stadion, dan semalam, alunan lagu ini kembali membuat bulu kuduk saya berdiri. Alunan musik berkualitas namun tetap mantap dan khidmat dalam membawakannya. Alunan beberapa lagu daerah seperti "Ojo Turu Sore-Sore" dan "Rasa Sayang e" Â yang dibawakan oleh anak-anak Theatrikal Laskar Pelangi juga mencerminkan bagaimana Kompas TV akan tetap memperhatikan kearifan lokal. Pilihan yang dijatuhkan kepada "Anak-anak Theatrikal Laskar Pelangi"-pun juga mencerminkan bagaimana selama ini Kompas dan nantinya Kompas TV akan memperhatikan masalah pendidikan dan edukasi kepada pemirsanya. Seperti kita ketahui bahwa tetralogi novel Laskar Pelangi adalah novel yang bercerita tentang motivasi pendidikan. Harapan kita, nantinya Kompas TV bukan hanya sekedar televisi yang menayangkan tayangan-tayangan yang cerdas, namun juga mencerdaskan pemirsanya. Menayangkan berita yang bukan hanya sekedar informasi tapi juga memberikan edukasi.Memberikan tayangan yang tidak hanya bersifat hiburan tapi juga memberikan wawasan dan menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air. Akhirnya, harapan kita bersama adalah adanya kompas tv akan membawa paradigma baru dalam dunia pertelevisian di tanah air. Kompas TV, berikan yang terbaik untuk Indonesia, dan jadilah Inspirasi Indonesia.(lek) [caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="Jacarta Convention Centre bersolek jelang Grand Launching Kompas TV"][/caption]
[caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="Deretan Panjang ucapan Selamat dari Relasi Bisnis"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H