Mohon tunggu...
pakfigo saja
pakfigo saja Mohon Tunggu... -

Lulusan Akademi Bahasa Asing Cikini Jakarta lulusan tahun 1993 - Bekerja sebagai penyelam sejak thn 1993

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ahok Pejabat Ta'at Orangtua

15 September 2014   18:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:38 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya sering sekali berkomunikasi dengan beberapa teman yang tinggal di Kampit, Manggar, Gantung dan Tanjung Pandan. Kebetulan saya sudah beberapa kali berkunjung ke Kota Laskar Pelangi yang penuh dengan pemandangan indah pantai pasir putihnya.

Perjalanan ke Belitung memakan waktu cukup relatif singkat apabila kita menggunakan moda transportasi pesawat. Kita akan berada di udara hanya sekitar 50 - 60 menit. dan mendarat di Bandara H.A.S Hanandjoeddin Tanjung Pandan.

Saat kita pergi ke kota Tanjung Pandan, akan terasa suasana jalan yang lengang dan mulus. Hampir semua jalan jalan kota di Tanjung Pandan itu dibuat dengan bahan aspal hitam dan dalam kondisi selalu mulus, terutama apabila kita pergi ketempat tempat wisata air. Jalannya sangat sepi dan mengingatkan saya pada kondisi Jakarta tahun 70an.

Tempat wisata air yang pernah saya kunjungi adalah antara lain; Tanjung Tinggi yang terkenal dengan batu granit hitam, Tanjung Kelayang yang mana kita bisa melihat icon Belitung berupa batu yang berbentuk kepala burung, Pulau Lengkuas dimana kita bisa melihat peninggalan belanda berupa Mercusuar dan peternakan sisik (bulus), Tanjung Binga yang merupakan pemukiman kelompok masyarakat nelayan asal bugis sulsel, Tanjung Pendam tempat rekreasi masyarakat kota Tanjung Pandan dan lain lain.

Ada juga lokasi lain di luar kota Tanjung Pandan yaitu Tanjung Batu yang merupakan dermaga untuk kapal penumpang milik Pelni. Sayang kondisinya tidak terawat dan bahkan menurut informasi dermaga tersebut tidak berfungsi maksimal. Umumnya penumpang kapal justru menggunakan fasilitas penyebrangan di Tanjung Ru, sekitar 30 menit dari Tanjung Batu.

Pada saat kita menuju ke arah Kampit, Gantung Atau Manggar, kita akan melihat pemandangan nuansa Tionghoa. Kanan kiri kita bisa melihat banyak terdapat Vihara vihara yang berwarna warni. Jangan lupa apabila kita mampir di Manggar, untuk mampir ke kedai kopi. Beberapa orang mengatakan bahwa Manggar adalah kota 1000 kedai kopi.

Yang sangat menarik adalah cerita cerita para penduduk Manggar tentang Basuki Tjahaya Purnama. Beliau adalah seorang Bupati yang sangat di hormati oleh warga Beltim dan juga di segani oleh bawahannya. Begalor (ngobrol asal usul) dengan mereka sangat menyenangkan karena kebanyakan dari mereka selalu expresive untuk menceritakan Belitung atau Manggar dari jaman belanda. Hampir dari mereka hafal sejarah kota mereka.

Menceritakan mantan Bupatinyapun hampir tidak ada cacat yang dilakukan oleh Ahok. Karakter keras dan tegas memang sudah bagian dari budaya Belitung. Bicara sedikit tapi benar dan menyakitkan akan terasa bagi orang orang di luar kota penghasil timah tersebut. Cerita mengenai Ahok, ada yang mengatakan bahwa, Ahok dulu pernah hampir meninju seorang pejabat karena merasa dipersulit dengan birokrasi. Hampir saja Ahok muda itu meninggalkan kota kelahirannya Gantung, apabila tidak diberi nasihat oleh orang tuanya. Nasihat bapaknya kepada Ahok adalah, "Kalau mau melawan Pejabar yang tidak baik, kamu harus jadi pejabat"

Mungkin itu sebabnya Ahok begitu semangat memperbaiki sesuatu yang kurang pas di lingkungan kerjanya. Bahkan terhadap pejabat di luar instansi wilayah kerja Pemprov DKI juga terkena "amukan" dari Macan Manggar tersebut. Ahok hanya ingin agar mereka bekerja maksimal untuk warga DKI. "Tidak korupsi saja sudah berjuang untuk Negara" adalah satu dari kutipan kata kata Ahok. Ahok patuh dan taat pada nasihat orang tuanya untuk melawan pejabat yang tidak mengedepankan kepentingan rakyat.

Ahok patuh dan taat kepada bapaknya. Pertanyaannya adalah, pejabat yang melakukan tindakan fitnah, korupsi, mengancam, rasial, kawin berkali kali, memprovokasi dalam NKRI itu taat dengan nasihat orang tuanya apa tidak? Karena setau saya, orang tua manapun menginginkan anaknya menjadi manusia yang berguna bagi Agama dan Negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun