Mohon tunggu...
Djula
Djula Mohon Tunggu... -

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sianida, Kopi, dan Kemunafikan Kita

7 September 2016   14:38 Diperbarui: 7 September 2016   14:52 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkara Je***ca (J) dan mendiang Mi**a (M) bak sinetron bagi persidangan negeri kita. Beberapa pekan lalu, kita yakin bahwa J pelakunya. Kini, rumitnya dialektika dalam persidangan kian menjauhkan kebenaran dari kita. Andaikan terurainya kebenaran semudah terurainya sianida didalam tubuh M, mungkin sinetron ini segera berhenti.

Sianida memang mudah terurai. Juga mematikan. Dosis 0,5 gram saja sudah cukup mengantarkan kita ke keranda jenazah. Namun, sebetulnya setiap hari kita terpapar sianida dari asap knalpot dan rokok. Tidak mematikan, karena sianida mudah menguap dalam udara terbuka. Lantas bagaimana sianida membunuh M? Menurut sumber ini, reaksinya sederhana: mencegah pembakaran oksigen untuk membentuk energi didalam sel. Sel mati, korban pun mati. 

Ada kemunafikan yang kita tidak sadari dalam kematian M. Kemunafikan itu ibarat sianida yang mematikan korban. Kemunafikan itu adalah perilaku kita menggunakan kemasan kopi (tanpa sianida) yang perlahan mematikan kita. Penguraian kemasan kopi butuh 2-5 bulan untuk bagian kertasnya dan 50 - 100 tahun untuk bagian plastiknya (sumbernya ini). Kemasan dari kertas memang cepat terurai. Namun, lima puluh tahun adalah waktu yang cukup panjang untuk mengurai sekedar plastik sisa kemasan kopi. Andai bumi bisa melalui persidangan perkara ke'mati'an-nya, mungkin tidak perlu berlama-lama menunjuk pelaku sebenarnya: kita. 

Baiknya, Anda pilih kemasan kopi yang bisa digunakan kembali, misalnya dari gelas kaca. Atau jika harus membeli kemasannya, belilah yang 100% kertas. Tentu jauh lebih tidak mematikan bagi kita. Jadi, Anda pilih kopi yang mana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun