Mohon tunggu...
Djula
Djula Mohon Tunggu... -

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ramahkah Bogor bagi Anak?

27 Februari 2014   02:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:26 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tentu, dalam menjawab pertanyaan menggelitik seperti yang diutarakan pada judul tulisan ini, perlu berbagai literasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Namun, sebagai warga pendatang Bogor, saya  memiliki pertanyaan yang mungkin ditanyakan bagi keluarga yang ingin membangun rumah tangga di Bogor. Amankah mendirikan rumah tinggal dikota ini?  Atau justru pindah ke kota yang lebih ramah?

UNICEF telah mengeluarkan peraturan tentang tata kota ramah anak yang diterjemahkan dalam negeri oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Terdapat poin - poin penting sebagai indikator kota ramah anak. Disisi lain, Kak Seto (17 Des 2013) berpendapat, prasyarat kota ramah anak adalah


  1. Memenuhi hak anak untuk hidup
  2. Ada ruang untuk tumbuh dan berkembang (misalnya taman)
  3. Pendidikan yang layak bagi anak (bukan hanya pendidikan formal)
  4. Perlakuan kepada anak jalanan, mereka memiliki hak yang sama
  5. Partisipasi masyarakat


Bicara mengenai ruang untuk tumbuh dan berkembang di Bogor, tentu tidak bisa lepas dari Kebun Raya Bogor. Seluruh warga Bogor tentu mengakui ruang terbuka hijau ini sebagai ikon kota. Selain itu, program Car Free Day Sempur juga cukup memberikan kelegaan. Walaupun belakangan wajahnya seperti pasar kaget saja, setidaknya masih kita jumpai anak - anak  bermain diruang terbuka. Sedangkan The Jungle, bagi saya masih segmented. Hanya anak dari keluarga berpunya saja yang dapat mengakses. Saya selaku warga pendatang masih berharap walikota terpilih dapat meningkatkan kuantitas ruang untuk tumbuh dan berkembang bagi anak Bogor.

Dari sudut pandang pendidikan yang layak dan partisipasi masyarakat, masih terdapat kekurangseimbangan pendidikan norma dan agama. Sebagai relawan organisasi pendidikan lingkungan anak yang berlokasi di Bogor, saya masih mendapati perlakuan yang kurang mendidik dari masyarakat. Khususnya pendidikan seks. Saat ini, saya menangani anak - anak yang dilecehkan secara seksual, dengan iming - iming uang. Oleh beberapa pria lansia!

Lalu mengenai hak anak untuk hidup, tentu tidak dapat kita lepaskan teropong kita kepada anak jalanan. Alhamdulilah, komunitas yang mendidik dan memperhatikan kehidupan dan hak - hak anak jalanan mulai berjamur dikota ini. Namun, kacamata saya rasanya masih kurang luas.

Wallahu a'lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun