[caption caption="Tempat Penampungan Sampah Sementara di Kenari, Salemba, Senen, Jakarta Pusat"][/caption]
Sampah sejak dulu hingga kini belum mendapat solusi pasti. Beragam teknologi mulai dihadirkan untuk mengurangi masalah sampah, khususnya di perkotaan.
Kepala Dinas Tata Kota Bangunan dan Pemukiman Kota Tangerang Selatan Dendy Priandana mengatakan, sampah di wilayahnya kini menjadi masalah besar. Tangerang yang menjadi pintu masuk ke Jakarta karena Bandara Soekarno-Hatta ada di Cengkareng, Tangerang mewajibkan segera menyelesaikan masalah tersebut.
Kini Tangerang Selatan memiliki luas 14.700 hektare dengan jumlah penduduk sekitar 1,4 juta jiwa. Dengan pertambahan penduduk, masalah terutama sampah pun semakin bertumpuk.
Ia pun mencoba menyelesaikan masalah sampah dengan membuat Tempat Pembuangan Akhir (TPA), khususnya dengan memecah dari batasan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW).
Namun Tangerang Selatan juga memiliki masalah lagi yaitu lahan yang notabene tak bertambah. Apalagi banyak wilayah kini dikembangkan menjadi pemukiman sehingga menyulitkan mengubah lahan kosong menjadi TPA.
“Kini kami mulai membebaskan lahan seluas lima hektare untuk TPA tersebut,”katanya.
Ia mencontohkan, masalah sampah paling banyak ada di Pasar Jombang dan Pasar Ciputat. Ia kini sedang menyusun rencana untuk merapikan pasar tersebut, khususnya mengubah penyelesaian masalah sampahnya.
Ia pun membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk pengelolaan sampahnya. Dinasnya menggaji pekerja tersebut namun masyarakat masih enggan bekerja maksimal.
Ia pun membentuk bank sampah untuk menampung sampah-sampah yang berasal dari masyarakat sebelum dibuang ke TPA atau diolah kembali.
“Masalahnya KSM ini tidak berjalan sesuai rencana meski kami sudah membantu Rp 10 juta per KSM,”katanya.