Salah satu ciri negara maju selalu memperhatikan sarana transportasi umum. Mereka benar-benar menjaga efisiensi biaya, kecepatan, dan ketepatan waktu transportasinya agar warga bisa beres beraktivitas tanpa stres di jalan.
Gustavo Francisco Petro Urrego, ahli ekonomi dan politikus asal Kolombia pernah mengatakan, negara maju bukan tempat orang miskin memiliki mobil, tapi saat orang kaya mau menggunakan transportasi umum.
Kereta (KA) Bandara Soekarno-Hatta menjadi salah satu proyek pemerintah untuk menekan kemacetan, khususnya di jalur tol, baik menuju bandara maupun Ibu Kota.Â
Sebagai Ibu Kota Negara, Jakarta pasti banyak disinggahi pebisnis atau wisatawan dari berbagai daerah dan penjuru dunia. Sebagai pintu gerbang negara, sudah selayaknya menyediakan transportasi umum yang layak, tepat waktu, dan murah.Â
Saat ini, KA Bandara Soekarno-Hatta hanya melalui Stasiun Sudirman Baru (BNI City), Stasiun Batu Ceper, dan terakhir di Stasiun Bandara Internasional Soekarno-Hatta (SHIA). Pemerintah pun sudah mewacanakan akan memperpanjang jalur KA Bandara hingga ke Bekasi, Jawa Barat.
Padahal untuk mengejar ketepatan jam penerbangan, transportasi harus menjadi andalan. Saat macet di jalan, stres malah jadi beban. Bukan lega yang didapat, malah kita bisa ketinggalan pesawat. Nasib...
Siapa bilang? Coba main ke Stasiun Sudirman Baru di Jalan Sudirman. Bangunannya megah dan canggih. Parkir luas, baik sepeda motor maupun mobil.Â