Kala Ramadan di sekolah umum, artinya, tak berlatar belakang agama, sangat mungkin dilaksanakan tadarusan bagi siswa yang beragama Islam. Di sekolah tempat saya mengajar, misalnya, aktivitas tadarusan dilaksanakan.
Selama tiga puluh menit sebelum pembelajaran merupakan waktu yang dipilih untuk melaksanakan aktivitas ini. Siswa melaksanakan di ruang kelas masing-masing.
Ada guru yang membersamai mereka. Yaitu guru-guru yang mengajar pada jam pertama. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan tadarusan bagi siswa di ruang kelas berlangsung dengan baik.
Sekalipun pada masa kini sudah ada aplikasi Al Quran di gawai, tetapi siswa diharuskan membawa Alquran yang berwujud buku. Agar, saat pelaksanaan tadarusan siswa lebih fokus.
Sebab, kalau diizinkan memanfaatkan aplikasi Al Quran di gawai, sangat mungkin siswa kurang fokus saat tadarusan. Kurang fokusnya disebabkan oleh beragamnya manfaat yang dapat diakses lewat gawai dalam waktu yang sama.
Dan, selama ini umumnya siswa masih sulit meninggalkan gawai untuk beraktivitas kesukaannya dan/atau keinginannya. Yang, tak mempertimbangkan waktu, termasuk, misalnya, pada waktu mereka harus fokus terhadap aktivitas yang sudah ditentukan.
Mungkin ada alasan yang lain. Tetapi, di sekolah tempat saya mengabdi, alasan seperti yang sudah disebut di atas, sebagai alasan yang utama, yaitu agar siswa lebih fokus.
Itu sebabnya, untuk mengantisipasi sikap atau perilaku siswa termaksud, saat melaksanakan tadarusan, siswa diminta untuk membawa Al Quran yang berupa buku.
Tentu cara ini juga baik dari sisi kesehatan. Sebab, upaya menjaga kesehatan mata telah dilakukan. Bukankah mata lebih terasa nyaman kala membaca di buku daripada di gawai?
Dalam aktivitas tadarusan ini dipandu oleh seorang guru yang sudah terjadwal dari ruang pusat sumber audio, yang terkoneksi ke semua ruang kelas melalui pengeras suara. Sehingga, siswa di masing-masing ruang kelas bertadarus mengikuti pembacaan yang dilakukan oleh guru termaksud.