Siswa masuk sekolah setelah liburan merupakan momen yang sangat berharga. Sebab, sudah pasti saat liburan, siswa menikmati kegembiraan. Mereka tak beraktivitas belajar seperti hari-hari efektif sekolah.
Aktivitas mereka saat liburan lebih bebas. Aktivitas yang dilakukan disesuaikan dengan kesukaan masing-masing. Yang senang berolahraga, pasti hari-hari liburnya diisi dengan olahraga. Yang suka memasak, hari-hari liburnya diisi dengan kegiatan masak-memasak.
Yang menyukai membaca buku, melihat film, atau aktivitas-aktivitas lainnya, tentu memfokuskan aktivitas-aktivitas termaksud pada hari-hari liburnya.
Bahkan, tak sedikit mereka mengisi liburan dengan berkunjung ke leluhur (nenek-kakek), saudara, atau mungkin ke destinasi tertentu bersama keluarga atau teman. Intinya, dalam masa liburan, siswa yang notabene anak, rasa kegembiraannya terpenuhi.
Rasa kegembiraan seperti ini yang barangkali tak ditemukannya pada saat sekolah. Sebab, pada hari-hari efektif sekolah, mereka disibukkan dengan beragam aktivitas belajar.
Baik belajar di sekolah maupun di luar sekolah, misalnya, les di bimbingan belajar, belajar kelompok, atau belajar di komunitas-komunitas tertentu. Bahkan, mungkin ada aktivitas ulangan, mengerjakan tugas sekolah, dan melaksanakan tugas kelompok.
Sekalipun mungkin ada juga siswa yang sekalipun sibuk dengan berbagai aktivitas sekolah tetap merasa gembira. Tetapi, riilnya, siswa yang seperti ini sangat kecil jumlahnya. Rerata, mereka merasa bahwa aktivitas selama hari-hari efektif sekolah sangat melelahkan.
Karenanya, liburan sekolah seolah sebagai oase bagi mereka. Yang, dapat memberi kelegaan bagi mereka. Rasa lega dan tak terbeban membawanya kedalam suasana benak yang penuh kegembiraan.
Suasana benak yang penuh kegembiraan inilah yang boleh disebut sebagai aura positif dalam diri siswa. Sebab, dalam konteks belajar, yang sangat penting adalah menghadirkan suasana kegembiraan.