Sampai kapan? Entah belum dapat diketahui. Tetapi, guru yang memiliki kesetiaan mengingatkan dan membersamai, artinya tak meminta siswa melakukannya sendiri, bukan mustahil dalam diri siswa akan tumbuh spirit kesadaran sekalipun lambat laun.
Sudah banyak mantan guru yang menceritakan bahwa guru yang seperti ini, bagi siswa justru menjadi kenangan manis yang tak terlupakan. Mantan siswa selalu mengingatnya. Dan, ini salah satu bukti bahwa guru telah berhasil membawa siswanya memetik kemampuan soft skill di dalam kehidupannya.
Orangtua pun perlu terlibat dalam menanamkan sikap positif termaksud. Seperti yang sudah pasti dilakukan oleh orangtua di rumah. Yaitu, menghayatkan terhadap anak bahwa semua sarpras yang ada di rumah adalah milik semua anggota keluarga.
Sekalipun memang ada hal khusus yang merasa bahwa hal termaksud hanya miliknya. Tetapi, saya yakin, orangtua mengajarkan bahwa hal termaksud juga milik anggota yang lain dalam keluarga. Karena, bukankah semua anggota keluarga memiliki kesamaan kewajiban untuk menjaga dan merawatnya?
Tentu sangat membantu guru (baca: sekolah) jika orangtua pun, seperti sudah disebut di atas, memiliki kehendak memahamkan terhadap anak bahwa semua sarpras yang ada di sekolah tempat anak belajar adalah juga milik anak.
Dengan begitu, anak semakin mendapat peneguhan bahwa sarpras yang ada di sekolah memang miliknya bersama dengan warga sekolah lainnya. Selanjutnya, diharapkan rasa memilikinya semakin mendalam.
Umumnya rasa memiliki yang semakin mendalam, mendorong orang untuk melakukan yang terbaik atas hal yang dimiliki. Dalam konteks tertentu, dapat saja orang menjaga secara matian-matian hal yang dimiliki tatkala ada pihak lain yang mengganggu.
Semua aktivitas di sekolah di luar pembelajaran intrakurikuler, seperti yang sudah disebut di atas, sejatinya mengajarkan tentang kebersamaan, kepercayaan diri, ketelitian, kesopanan, keramahan, kepedulian, kerja keras, pantang menyerah, kedisiplinan, tanggung jawab, saling menghargai, dan nilai-nilai positif lainnya.
Karenanya, semua aktivitas termaksud tak dapat dilepas begitu saja kepada siswa oleh guru. Guru harus mengawal, meneladani, dan membersamai siswa dalam melaksanakan aktivitas ini. Agar, guru dapat mengarahkan siswa yang kurang relevan saat melaksanakannya.
Hanya, bagian yang menjadi perhatian (penting) guru adalah proses dalam aktivitas. Sebab, di dalam proses ini terkandung semua nilai positif. Karenanya, orientasi hasil perlu dihindari; sebaliknya orientasi proses yang perlu ditekankan.
Taruhlah, misalnya, siswa melaksanakan piket kelas. Di dalamnya ada beberapa siswa. Saat siswa melaksanakannya, nilai positif yang ada, di antaranya ketelitian, kerja sama, peduli, menghargai, bertanggung jawab, dan semangat adalah yang relevan ditanamkan kedalam diri siswa.