Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dulu Ekstrakurikuler Itu Hanya Pramuka, Kini Sudah Beraneka

8 April 2024   15:19 Diperbarui: 9 April 2024   14:42 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 3: Ilustrasi 2: Pose bersama kepala sekolah (tengah) di lokasi perkemahan. (Dokumentasi pribadi)

Saat era saya masih anak-anak, pada 1970-an, seingat saya, ekstrakurikuler (ekskul) di sekolah hanya Pramuka. Sehingga, semua siswa mengikutinya. Tak ada istilah wajib atau tak wajib.

Karena hanya satu-satunya, ekskul Pramuka seolah-olah ekskul wajib. Yang, memang kenyataannya diikuti oleh semua siswa karena tak ada pilihan yang lain.

Apalagi waktu itu anak tak memiliki aktivitas yang menyenangkan saat mereka berada di rumah, selepas usai sekolah. Aktivitas anak bersifat monoton, yang cenderung mengarah ke pekerjaan.

Yaitu, pekerjaan membantu orangtua. Ada yang merumput, mengambil kayu bakar, menggembalakan kambing, domba, sapi, bebek, atau kerbau. Ini realitas yang dapat dijumpai di daerah tempat saya berada. Dan, saya ada di dalamnya.

Bukan mustahil di sekolah lain pun sama seperti yang terjadi di sekolah tempat saya belajar. Yaitu, Pramuka, satu-satunya kegiatan di luar pembelajaran. Bagaimana mungkin siswa tak mengikutinya kalau Pramuka memang satu-satunya.

Dan, seingat saya, siswa sangat antusias. Sampai(-sampai) saking antusiasnya, saya, di antaranya, yang sehabis sekolah menggembalakan kambing, jika bertepatan ada kegiatan pramuka, kambing-kambing tak saya gembalakan.

Tapi, saya merumput atau mengambil daun-daunan terlebih dulu untuk kebutuhan makan kambing saat saya mengikuti kegiatan Pramuka. Cara begini dilakukan oleh anak-anak seusia saya yang memiliki tanggung jawab menggembalakan ternak.

Cara seperti ini, kami, anak-anak, lakukan juga ketika di desa kami atau di desa tetangga ada pertunjukan kesenian rakyat. Misalnya, ketoprak atau wayang. Hewan ternak kami libur dulu di rumah, tak kami gembalakan di padang rumput. Tentu, dengan persediaan kebutuhan makanan yang mencukupi.

Begitu kami membagi waktu. Agar, keduanya, yaitu menonton kesenian rakyat dan hewan piaraan seimbang. Kami dapat menonton;  hewan ternak kami tak kelaparan. Ini sama persis dengan perlakuan kami terhadap kegiatan Pramuka, yaitu Pramuka jalan; hewan ternak kami terpelihara.

Sekalipun di sekolah ada dua tingkat Pramuka, saat masih sekolah dasar (SD), siaga dan penggalang, berlangsung sama baiknya. Anak-anak siaga semangat berkegiatan. Anak-anak penggalang juga semangat berkegiatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun