Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Dua Siswa Kami Ngabuburit Sembari Menguatkan Jiwa Kewirausahaan

2 April 2024   22:14 Diperbarui: 3 April 2024   16:09 1745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 1: Di tepi sepanjang jalan depan SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, ramai penjual takjil, 2/4/2024. (Dokumentasi pribadi)

Selama berjualan cilok, Hanafi juga berjualan di sekolah. Saat bersekolah, ia sengaja membawa cilok dalam wadah. Ia memanfaatkan waktu istirahat untuk berjualan.

Bergerak dari satu kelas ke kelas yang lain. Banyak temannya yang membeli. Bahkan, guru dan tenaga kependidikan (GTK) pun ikut membeli. Selalu habis jualannya. Pulang sekolah membawa wadah kosong dan uang.

Tak demikian dengan Tony. Ia hanya bersekolah. "Saya memang sejak Kelas 9 menganggur, ndak ikut jualan," kata Tony saat ditanya melalui WhatsApp.

Ilustrasi 3: Tony (kiri) sedang melayani pembeli bersama temannya, yang juga alumni SMP 1 Jati. (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi 3: Tony (kiri) sedang melayani pembeli bersama temannya, yang juga alumni SMP 1 Jati. (Dokumentasi pribadi)

Hanya, dalam hal bergabung jualan, Tony sudah memulainya sejak Kelas 8. Ia menyebutkan ikut kuliner pasar malam. Juga ikut bos yang sama seperti saat Ramadan ini, berjualan es.

Uang yang didapat (kala itu) ditabung dan untuk membantu orangtua. Saat ini, uang yang didapat dari berjualan es, diakuinya untuk membeli baju baru untuk Lebaran. Selain juga, untuk persiapan masuk SMK, sedikit-sedikit meringankan beban orangtua.

Yang jelas, Hanafi dan Tony tak menyia-nyiakan waktu menunggu berbuka puasa. Mereka berdua ngabuburit sembari menguatkan jiwa kewirausahaan. Sekalipun itu hanya berjualan es milik bosnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun