Sekalipun di gawai ada aplikasi kedua kitab itu, tapi sekolah meminta siswa membawa Al-Quran bagi yang Islam dan Alkitab bagi yang Kristen dan Katolik.
Hal tersebut dilakukan agar pada momen khusus ini siswa juga melakukan secara khusus. Gawai hampir setiap hari mereka bawa dan gunakan di sekolah. Tapi, tak demikian terhadap kitab. Kitab hanya digunakan di rumah atau di tempat ibadah.
Jadi, selama Ramadan, Al-Quran dan Alkitab dapat dilihat ada di sekolah. Berada dalam satu lingkungan, atau dalam satu kelas. Dengan begitu, siswa yang beragama Islam dapat melihat Alkitab. Siswa yang beragama nonmuslim dapat melihat Al-Quran.
Sekalipun mereka mungkin sudah pernah melihat. Melihat di toko atau di rumah teman, misalnya, tak memiliki kesan khusus. Ada kesan khusus bagi mereka ketika mereka melihat Alkitab atau Al-Quran itu dibawa oleh teman, untuk aktivitas kerohanian sesuai dengan agama mereka.
Yang terlihat oleh saya saat Ramadan kali ini di sekolah, baik yang tadarusan maupun yang PD, melakukannya dengan nyaman-nyaman saja. Ketika ada temannya membawa dan membuka Al-Quran tak ada yang merasa tak nyaman. Mereka dapat berelasi dengan baik.
Pun demikian siswa yang beragama Islam, ketika melihat ada temannya membawa Alkitab, siswa termaksud merasa baik-baik saja. Menghargai. Tak mengejek. Bertegur sapa. Bagian ini yang menunjukkan bahwa toleransi mendapat tempat dalam diri mereka masing-masing.
Siswa saling mengenal aktivitas mereka. Yang nonmuslim mengenal teman-teman muslim. Selain mereka mengenal bahwa yang beragama Islam berpuasa, ada juga tadarusan. Mereka tak hanya mendengar istilahnya, tapi, mengetahui aktivitasnya. Tadarusan yang dilaksanakan di tiap kelas membuat mereka mengetahui.
Siswa yang beragama Islam pun akhirnya mengetahui bahwa temannya yang beragama Kristen melakukan PD.
Dari situ, mereka menyadari bahwa perbedaan itu memang ada. Tapi, perbedaan itu terlihat dapat dijalankan dengan baik, tanpa satu mengganggu yang lain. Keduanya berlangsung dalam suasana saling menghargai. Saat kegiatan berlangsung dan sebelum atau sesudah berlangsung.
Tadarusan yang menimbulkan suara karena membaca Al-Quran tak mengganggu mereka yang sedang melakukan PD. Pun demikian PD yang berseling antara membaca Alkitab, bernyanyi, dan berdoa tak mengganggu mereka yang sedang tadarusan.
Realitas ini dapat ditemukan di sekolah saat Ramadan. Tak hanya di sekolah tempat saya mengajar, tentunya.