Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Overload Pakaian Pantas Pakai di Posko Pengungsian, Bukti Masyarakat Menyukai Fesyen

16 Februari 2024   09:45 Diperbarui: 17 Februari 2024   07:47 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 2: Banner dipasang di posko utama, di Terminal Induk, Jati, Kudus, Jawa Tengah. (Dokumentasi pribadi)

Padahal, berdasarkan data di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (bnpb.go.id) ada 21 ribu pengungsi. Kalau posko pengungsi, yang dibidani oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bekerja sama dengan BNPB, tak lagi mau menerima bantuan pakaian pantas pakai, berarti kebutuhan pakaian 21 ribu pengungsi sudah (sangat) terpenuhi (Kecuali pakaian dalam, pengungsi masih memerlukan bantuan. Baik pakaian dalam bagi anak hingga dewasa maupun bagi wanita dan laki-laki. Pakaian dalam tentu harus yang baru, bukan yang pantas pakai).

Dan, hal itu berarti pula menandakan bahwa kebutuhan masyarakat terkait pakaian (sandang) secara umum sudah (sangat) terpenuhi. Tapi, yang lebih daripada itu adalah masyarakat (ternyata) menyukai fesyen.

Memang saya menemukan fakta ini di posko pengungsian korban terdampak banjir bandang di Karanganyar, Demak, Jateng. Hanya, hal yang sama juga terjadi di wilayah lain pada saat ada kasus serupa.

Ilustrasi 2: Banner dipasang di posko utama, di Terminal Induk, Jati, Kudus, Jawa Tengah. (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi 2: Banner dipasang di posko utama, di Terminal Induk, Jati, Kudus, Jawa Tengah. (Dokumentasi pribadi)

Misalnya, saat terjadi erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur (2021), bantuan pakaian pantas pakai untuk korban terdampak juga melimpah. Ketika terjadi bencana gempa di Cianjur, Jawa Barat (2022), pakaian pantas pakai juga menumpuk.

Banjir bandang di Luwu Utara, Sulawesi Selatan (2020) juga menyisakan pakaian pantas pakai. Untung, kemudian oleh ibu-ibu pakaian pantas pakai yang lebih itu diubah menjadi barang yang bernilai ekonomis. Jadi akhirnya bermanfaat juga.

Dari gambaran di atas, dapat dikatakan bahwa fesyen, seperti yang sudah disebutkan di atas, sebagai kebutuhan pokok yang (memang) disukai oleh masyarakat di mana dan kapan pun. Ini berarti masyarakat memandang bahwa fesyen itu sangat penting.

Tak ada yang keliru sebetulnya karena memang ada pepatah dalam bahasa Jawa, begini, "ajine raga saka busana", setidaknya artinya seperti ini, harga diri (kita) ditentukan oleh pakaian.

Sederhananya, orang yang mengenakan pakaian yang bagus lebih dihargai oleh kebanyakan orang ketimbang orang yang mengenakan pakaian yang buruk.

"Bagus" tak harus dihubungkan dengan harga mahal. Tapi, dapat saja dihubungkan dengan seringnya berganti pakaian. Orang yang sering berganti pakaian, maksudnya, setiap mengikuti kegiatan selalu berganti pakaian, dipandang lebih berharga di mata orang lain daripada orang yang mengenakan pakaian yang itu-itu saja.

Karenanya, sebagian orang akhirnya berburu pakaian. Baik berburu ke pasar atau toko secara langsung maupun secara online. Apalagi, kini, harganya sangat terjangkau alias murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun