Ini tentang belajar, relasi guru dengan siswa. Relasi tersebut dapat saja menggunakan sarana spidol. Spidol boleh dibilang hal yang remeh-temeh. Tapi, dalam proses belajar, spidol termasuk barang yang (sangat) penting.
Tapi, bukan berarti tanpa spidol, belajar tak dapat berlangsung. Proses belajar tetap dapat berlangsung meski tanpa spidol. Sebab, sarana belajar beragam, cara belajar juga beragam, dan lokasi belajar pun beragam.
Lalu, mengapa spidol dijadikan  seolah penting di dalam catatan ini? Karena, baru saja saya menjumpai siswa saya menulis di papan tulis memakai spidol, tapi tak meninggalkan bekas di papan tulis. Kalau pun dibilang meninggalkan bekas, bekas tersebut sulit dibaca.
Saya mengalami kesulitan itu. Dengan menyipitkan mata, agar pandangan lebih fokus, tak dapat dibaca juga bekas tersebut. Lalu, saya melihat raut wajah siswa saya yang menulis itu. Sepertinya agak kurang nyaman ketika saya menyipitkan mata untuk membaca tulisannya.
Mungkin ia merasa tak dapat memberi yang terbaik. Tulisan yang dibuatnya di papan tulis yang diharapkan dapat dibaca, tapi orang gagal  membaca saking tipisnya.
Begitu siswa yang lain memerhatikan saya gagal membaca, mereka mulai saling memandang satu terhadap yang lain dan beberapa ada yang saling berbisik. Belum ada yang mau beranjak. Masing-masing masih bertahan di tempatnya.
Saya menduga hal ini terjadi karena ada "kecelakaan" spidol, dengan ditandai tak dapat untuk menulis. Dan, boleh jadi (dalam benak) mereka saling menunjuk siapa yang bertugas mengisi spidol. Saling berbisik pun, saya pikir, memiliki maksud yang sama. Yakni, saling menunjuk siapa sosok yang seharusnya bertugas mengisi spidol.
Tinta dalam batang spidol yang habis ternyata dapat membikin kurang nyaman di ruang belajar. Saya mengalami hal demikian tak sekali. Sudah berulang kali. Di ruang kelas yang sama atau di ruang kelas yang berbeda.
Saya yakin peristiwa yang saya alami pun pernah dialami oleh guru yang lain. Saya memang tak pernah menanyakan perihal itu kepada rekan guru. Tapi, berdasarkan pengalaman saya, sudah dapat dipastikan pernah dialami oleh rekan guru. Guru di sekolah lain pun saya yakini pernah mengalaminya.
Selama mengalami kejadian serupa pada waktu-waktu yang telah terlewati, tak terpikir oleh saya mau menuliskannya. Perihal spidol macet untuk menulis di papan tulis, saya pikir sesuatu yang lumrah.