Kita sepakat bahwa membaca itu penting bagi semua orang. Karena melalui membaca, orang memperoleh banyak pengetahuan. Tidak hanya pengetahuan, orang dapat juga kreatif membuat sesuatu setelah membaca.
Contoh sederhana, istri saya beberapa kali mengatakan kepada kami bahwa adanya menu masakan baru di atas meja makan dan siap santap karena terlebih dahulu ia membaca dan melihat tutorial dari gawai.
Mungkin yang dialami oleh istri saya juga dialami oleh ibu-ibu yang lain. Tentu demi menjamu anggota keluarga dengan menu masakan yang tidak itu-itu saja.
Saya yakin tidak hanya ibu-ibu yang mendapat pengalaman seperti itu. Kaum bapak pun bisa saja. Demikian juga anak-anak.
Bahkan, bagi anak yang belum bisa membaca saja, banyak orangtua yang membacakan cerita. Ini tentu saja ada maksud. Setidaknya sang anak agar memperoleh pengetahuan.
Atau, lebih daripada itu, agar kepekaan emosi anak terbentuk. Karena ternyata oleh beberapa pakar dikatakan bahwa membaca itu dapat menghaluskan budi orang.
Nah, guru adalah salah satu sosok yang sangat dekat dengan aktivitas membaca. Setidaknya membaca untuk menguasai materi yang akan disampaikan kepada murid. Karena memang tugas dan fungsi guru mendampingi murid dalam pembelajaran.
Kebersamaan guru dan murid, yang hampir setiap hari terjadi, menjadi ruang yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menumbuhkan minat anak membaca.
Mungkin yang paling relevan adalah guru mata pelajaran (mapel) rumpun bahasa. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bagi guru mapel yang lain. Sebab, aktivitas pembelajaran mapel apa pun tidak bisa lepas dari buku.
Mengapa dikatakan bahwa yang relevan adalah guru mapel rumpun bahasa? Jawabannya adalah karena di dalam mapel rumpun bahasa ada materi keterampilan membaca.