Bahkan, jika ada anak-anak (baca: siswa) lain yang mengalami hal serupa (mendapat layanan pendidikan yang kurang tepat) di banyak sekolah di wilayah Indonesia, tentu semakin banyak kegagalan yang didapat.
Ini tentu akan merugikan bangsa dan negara, selain siswa bersangkutan, keluarga, dan masyarakat. Memprihatinkan bukan?
Tetapi, yang paling memprihatinkan tentu saja yang menimpa siswa. Sebab, dampak buruk yang dialaminya akan panjang. Bisa-bisa sepanjang hidupnya.
Mungkin tidak terlalu bermasalah bagi keluarga yang berlimpah harta. Sekalipun sebetulnya bermasalah juga ketika orangtuanya meninggal.
Baiklah ia memiliki saudara. Tetapi, saudara yang sudah berkeluarga tentu lebih fokus kepada keluarganya. Bisa-bisa ia terabaikan. Dan, itu sangat mungkin terjadi.
Dan perlu dicatat, sebanyak apa pun harta (warisan) jika tidak dikelola secara cermat, tentu cepat sirna. Ini berlaku bagi siapa pun, bagaimana mungkin ia bisa mengelolanya, kalau untuk mengelola diri sendiri saja tidak memiliki kemampuan.
Memilihkan pendidikan yang tepat
Maka, sudah semestinya sejak dini ia memerlukan pendampingan secara khusus. Setidaknya sejak ia memasuki masa pendidikan. Orangtua harus memilihkan pendidikan yang tepat untuknya.
Adanya kebijakan pendidikan yang memudahkan anak diterima, melalui jalur zonasi, misalnya, orangtua tetap harus menyikapinya secara bijak untuk pendidikan anaknya.
Jalur ini memang memudahkan anak diterima sebagai siswa, yang tanpa mempertimbangkan kompetensi, tetapi jarak. Jarak tempat tinggal anak yang semakin dekat dengan lokasi sekolah semakin berpeluang diterima.