Sudah pasti semua sekolah melaksanakan pembiasaan salam-sapa, atau yang biasa disebut 2S. Bahkan, sudah sejak lama pembiasaan itu dilaksanakan di sekolah. Tetapi, masihkah berjalan pembiasaan tersebut hingga sekarang?
Menjaga konsistensi itu yang umumnya paling sulit. Pada awal-awal pembiasaan diterapkan, semua terlibat. Melaksanakan dengan senang dan antusiasme.
Tetapi, sering-sering dalam rentang waktu tertentu, tetiba mulai berkurang sikap senang dan antusiasmenya. Itu hampir terjadi di semua hal. Baik hal bagi orang dewasa maupun anak-anak.
Di sekolah tempat saya mengajar, pembiasaan 2S juga mengalami pasang surut. Dulu pernah dilakukan oleh guru secara bergantian sesuai jadwal. Tetapi, dalam masa perkembangannya mulai luntur.
Bahkan, sempat hilang sama sekali. Pembiasaan 2S tidak berjalan. Tetapi, digiatkan lagi. Dan, bisa berjalan.
Mungkinkah di sekolah yang lain mengalami hal yang serupa dengan yang terjadi di sekolah tempat saya mengajar? Saya tidak mengetahuinya. Tetapi, saya berharap tidak terjadi demikian.
Teman-teman guru di sekolah lain tetap semangat menjalankan tugas mulia itu. Terus jaga konsistensi. Jangan kendor. Sebab, disadari atau tidak, pembiasaan 2S memiliki dampak baik, terutama bagi anak-anak.
Memandang adanya dampak baik bagi anak-anak itulah yang akhirnya mendorong sekolah tempat saya mengabdi menggalakkannya lagi. Pembiasaan 2S berlangsung lagi setiap pagi hingga sekarang.
Tidak hanya 2S
Bahkan, tidak hanya salam-sapa. "S"-nya ditambahi tiga. Jadinya, salam-sapa-senyum-sopan-santun. Yang, disingkat menjadi 5S.