Selama pandemi Covid-19 (selanjutnya disebut pandemi), saya merasa tak mudah mengenali siswa sendiri. Lebih-lebih ketika masa kegentingan pandemi. Sebab, pembelajaran dilaksanakan dalam jaringan (daring), yang dikenal dengan istilah pembelajaran jarak jauh (PJJ). Guru tak bertemu siswa.
Selama PJJ, guru dan siswa hanya bisa bersambung melalui perangkat yang membutuhkan jaringan internet. Masih lumayan kalau guru dan siswa memanfaatkan konferensi video. Karena, guru dan siswa dapat bertatap muka (maya), selain bisa berbicara langsung.
Cara tersebut sedikit membantu guru mengenali siswa. "Sedikit membantu" karena guru tak dapat melihat siswa secara utuh. Hanya melihat bagian wajah sedikit ke bawah. Itu pun tak semua siswa bisa ambil bagian karena faktor sinyal atau kuota. Ada siswa yang bisa bergabung, ada juga yang tidak.
Ketika sekolah sudah diizinkan melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM), guru pun tak serta merta mengenali siswa. Hal itu dikarenakan siswa mengenakan masker, yang merupakan salah satu tertib protokol kesehatan (prokes).
Tapi, tulisan ini tak hendak menentang tertib prokes tersebut. Tidak. Tertib prokes selama masih masa pandemi tetap harus dilakukan. Masker perlu dikenakan oleh warga sekolah dalam PTM selama masa pandemi.
Memang tak dapat memungkiri bahwa siswa bermasker ada konsekuensinya. Saya dan beberapa teman guru (setelah saya menanyakannya kepada mereka), ternyata juga mengalami seperti yang saya alami: tak mudah mengenali siswa.
Tentu jam pertemuan yang tak sebanyak seperti saat kondisi normal juga berpengaruh. Sering bertemu, cepat mengenal. Jarang bertemu --seperti saat pandemi-- lambat mengenal.
Sejak dahulu, saya dan saya rasa sebagian besar orang, mengenali orang pertama-tama melihat wajah. Tak memerlukan waktu lama, kita mudah mengenalinya kemudian. Dan, seterusnya, dari jauh pun kalau melihat wajah, kita tak takut salah menyapanya.
Tentu setelah mengenali wajah, kita biasanya mengenali hal-hal lainnya. Misalnya, suara, gaya berjalan, dan gestur.
Nah, begitulah saya mengenali semua siswa saat sebelum pandemi melanda. Pertama-tama memang mengenali wajahnya, kemudian suara, gaya berjalan, gestur, dan lain-lain ciri khasnya. Relatif mudah saya mengenali mereka saat itu.