Minggu ini siswa di sekolah tempat saya mengajar, entah di sekolah lain, menerima hasil penilaian tengah semester (PTS). Hasil PTS tersebut harus dilaporkan kepada orangtua. Dan, orangtua harus membubuhkan tanda tangan di bagian yang sudah tersedia di laporan hasil PTS tersebut.
Tanda tangan orangtua tersebut sebagai bukti bahwa orangtua sudah mengetahui hasil PTS anaknya. Guru mengetahuinya kemudian karena hasil PTS tersebut harus dikembalikan kepada guru setelah mendapat tanda tangan orangtua.
Dalam konteks itu, saya sengaja menanyakan kepada siswa tentang tanggapan orangtua saat mengetahui hasil PTS anaknya. Ada siswa yang mendapat respons dari orangtua secara biasa alias datar-datar saja. Ada juga yang mendapat respons berupa pujian. Dan, ada juga yang memperoleh tanggapan secara tak menyenangkan.
Di hadapan mereka, saya mengatakan bahwa respons apa pun yang diungkapkan oleh orangtua untuk "kebaikan" anak-anak. Oleh karena itu, saya menyarankan kepada mereka selalu berpikir positif.
Berdasarkan jawaban anak-anak terhadap pertanyaan saya, dapat saya catat demikian. Ada orangtua yang sekadar mengatakan "belajar lagi, ya" saat melihat nilai anaknya.Â
Ada juga yang menyatakan "bagus" nilai Matematika sekalipun hanya 6 sebab tak pernah memperoleh nilai 6 untuk mata pelajaran (mapel) Matematika. Pun ada yang mengatakan "payah" ketika membaca nilai anaknya.
Seperti itu gambaran mengenai tanggapan orangtua terhadap hasil PTS anaknya. Gambaran itu saya dapatkan setelah saya menanyakannya kepada siswa di beberapa kelas tempat saya mengajar.
Saya yakin gambaran seperti itu juga yang didapat andai saja saya menanyakannya kepada semua siswa di sekolah. Bahkan, mungkin tak jauh berbeda terhadap siswa di sekolah lain kalau ditanyakan mengenai hal yang sama.
Selalu ada respons orangtua yang netral, menggembirakan, atau menyedihkan. Kira-kira seperti itu juga di sekolah tempat Anda mengabdi. Benar bukan?
Tapi, apa pun responsnya, saya berani memastikan bahwa orangtua tetap berharap anaknya bersekolah. Hingga rampung. Oleh karena itu, orangtua sudah semestinya tetap dapat menjaga perasaan anak.