Saya membaca tugas salah satu siswa mengenai menulis teks diskusi. Saya memperkirakan ia menulis teks diskusi tersebut berdasarkan pengalaman pribadi. Yaitu, mengenai orangtua yang suka membandingkan anak.
Perkiraan saya benar. Sebab, begitu tergelitik untuk menanyakan lebih lanjut, saya langsung mendekatinya dan memastikan dengan menggunakan sedikit kata bernada tanya, "pengalaman pribadi?" Ia menjawab, iya Pak.
Saya pastikan siswa yang lain tak mengerti maksud komunikasi kami. Pasalnya saya membaca hening teks diskusi yang ditulis siswa, termasuk teks diskusi siswa tersebut.
Saya pun tak kemudian menceritakan kaitan antara isi teks diskusi dengan hasil komunikasi lisan tersebut di depan kelas, di hadapan para siswa.
Hanya, saya merenungkan bahwa isi teks diskusi tersebut berenergi lantaran ditulis berdasarkan pengalaman. Ia tak mengada-ada. Pengalaman pribadinya tertuang dalam teks tersebut secara gamblang.
Poinnya, ia tak setuju dengan sikap orangtuanya yang membandingkan dirinya dengan kakaknya. Sangat terlihat sikapnya yang kontra terhadap sikap orangtua. Teks yang ditulis sangat argumentatif.
Sebagai guru, saya beruntung mendapatinya karena ia dapat menguasai materi pelajaran dengan sempurna. Tapi, membaca teks yang ditulisnya, saya berpikir bahwa anak ini sedang atau pernah mengalami rasa tak nyaman hati karena sikap orangtua.
Kalau "sedang mengalami" berarti kejadiannya masih baru. Mungkin satu atau dua hari diukur dari waktu menulis teks diskusi di sekolah. Kejadian tersebut masih sangat membekas di benak dan pikirannya sehingga ia mudah menuangkannya ke dalam kalimat-kalimat.
Kalau "pernah mengalami" berarti kejadiannya sudah lama. Mungkin seminggu atau dua minggu, bahkan bisa lebih, diukur dari waktu menulis teks diskusi di sekolah. Tapi, kejadian tersebut masih membekas di hati dan pikirannya sehingga ia mudah menuliskannya.
Baik ia "sedang maupun pernah" mengalami kejadian tersebut, yang pasti melalui teks diskusi yang ditulisnya dapat diketahui bahwa perasaan dan pikirannya "memberontak" terhadap sikap orangtua. Ia tak mau keberadaannya dibandingkan dengan keberadaan orang lain.