Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pernah Membandingkan Anak? Awas, Ada Dampak yang Lebih Serius

21 Maret 2022   12:04 Diperbarui: 22 Maret 2022   01:39 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membandingkan anak dengan anak lainnya akan menuai dampak serius.| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Saya membaca tugas salah satu siswa mengenai menulis teks diskusi. Saya memperkirakan ia menulis teks diskusi tersebut berdasarkan pengalaman pribadi. Yaitu, mengenai orangtua yang suka membandingkan anak.

Perkiraan saya benar. Sebab, begitu tergelitik untuk menanyakan lebih lanjut, saya langsung mendekatinya dan memastikan dengan menggunakan sedikit kata bernada tanya, "pengalaman pribadi?" Ia menjawab, iya Pak.

Saya pastikan siswa yang lain tak mengerti maksud komunikasi kami. Pasalnya saya membaca hening teks diskusi yang ditulis siswa, termasuk teks diskusi siswa tersebut.

Saya pun tak kemudian menceritakan kaitan antara isi teks diskusi dengan hasil komunikasi lisan tersebut di depan kelas, di hadapan para siswa.

Hanya, saya merenungkan bahwa isi teks diskusi tersebut berenergi lantaran ditulis berdasarkan pengalaman. Ia tak mengada-ada. Pengalaman pribadinya tertuang dalam teks tersebut secara gamblang.

Poinnya, ia tak setuju dengan sikap orangtuanya yang membandingkan dirinya dengan kakaknya. Sangat terlihat sikapnya yang kontra terhadap sikap orangtua. Teks yang ditulis sangat argumentatif.

Sebagai guru, saya beruntung mendapatinya karena ia dapat menguasai materi pelajaran dengan sempurna. Tapi, membaca teks yang ditulisnya, saya berpikir bahwa anak ini sedang atau pernah mengalami rasa tak nyaman hati karena sikap orangtua.

Kalau "sedang mengalami" berarti kejadiannya masih baru. Mungkin satu atau dua hari diukur dari waktu menulis teks diskusi di sekolah. Kejadian tersebut masih sangat membekas di benak dan pikirannya sehingga ia mudah menuangkannya ke dalam kalimat-kalimat.

Kalau "pernah mengalami" berarti kejadiannya sudah lama. Mungkin seminggu atau dua minggu, bahkan bisa lebih, diukur dari waktu menulis teks diskusi di sekolah. Tapi, kejadian tersebut masih membekas di hati dan pikirannya sehingga ia mudah menuliskannya.

Baik ia "sedang maupun pernah" mengalami kejadian tersebut, yang pasti melalui teks diskusi yang ditulisnya dapat diketahui bahwa perasaan dan pikirannya "memberontak" terhadap sikap orangtua. Ia tak mau keberadaannya dibandingkan dengan keberadaan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun