Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memartabatkan Pengemis (dan Pengamen), Bagaimana Mewujudkannya?

22 Februari 2022   15:50 Diperbarui: 23 Februari 2022   05:15 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya begitu, seperti di awal catatan ini sudah disinggung, agar area di pusat pemerintahan terlihat cantik, tak kumuh, dan tak semrawut. Sebab, siapa pun merasa malu kalau lokasi-lokasi yang menjadi perhatian publik, terlihat kumuh dan semrawut.

Apalagi otoritas setempat. Pasti malu banget. Saya saja ikut merasa malu sekalipun hanya sebagai warga biasa. Saya rasa Anda juga begitu, bukan, kalau fenomena itu terjadi di daerah Anda?

Jujur ya, sekalipun di traffic light di area sentral tak ada pengemis (dan pengamen), tapi di traffic light di area yang jauh dari pusat kota banyak pengemis (dan pengamen). Bahkan, sepertinya, dari waktu ke waktu semakin banyak.

Sebetulnya lokasi tersebut tak jauh-jauh dari pusat kota, sih. Mungkin hanya berjarak satu kilometer. Jarak sedekat itu, masih ada banyak pengemis (dan pengamen) yang sepertinya bebas "berkarya". Wajar saja, kalau kemudian saya tergelitik mengenai hal ini.

Kok bisa ya? Di traffic light alun-alun tak ada mereka, tapi di traffic light yang hanya berjarak satu kilometer dari alun-alun mereka leluasa "berkarya". Mungkinkah itu karena kebaikan hati pihak yang berwenang? Supaya saudara-saudara pengemis (dan pengamen) tetap bisa bertahan hidup.

Ya, mungkin saja. Sebab, mencari pekerjaan tak mudah. Apalagi sejak masa pandemi Covid-19 merebak. Banyak orang malah tak lagi bisa bekerja karena produksi usaha dikurangi. Mau tak mau, pemilik usaha mengurangi pekerjanya agar usahanya tak kolaps.

Tapi, terus terang ya, kalau realitas tersebut terus dibiarkan akan membuat problem sosial semakin rumit. Sulit diselesaikan. Jadi, perlu ada penanganan khusus yang segera dilakukan agar realitas tersebut tak semakin membeludak.

Anda bisa menghitung sendiri, jumlah pengemis (dan pengamen) di daerah Anda. Semakin bertambahkah? Atau, tetap? Atau, semakin berkurang? Di daerah saya, yang termasuk kota kecil saja, wilayah kabupaten, jumlah pengemis (dan pengamen) bertambah.

Saya memang belum pernah menghitung secara rinci. Apalagi melakukan riset. Belum, belum pernah. Tapi, melihatnya hampir setiap hari, saya memastikan bahwa jumlah pengemis (dan pengamen) di daerah saya, bertambah. Hampir di setiap traffic light, yang berada di persimpangan jalan di luar area alun-alun, mereka selalu ada.

Mengemis

Ada sebagian yang memang "berprofesi" mengemis. Dalam KBBI, yang dimaksud mengemis adalah meminta-minta sedekah; meminta dengan merendah-rendah dan dengan penuh harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun