Kalau Mbakyu tak cedera patah tulang, mungkin saya belum mendapat catatan tentang kasih sayang Mak. Â "Mbakyu" adalah ungkapan bahasa Jawa untuk menyebut kakak perempuan. Sedangkan, "Mak" adalah sebutan untuk ibu atau orangtua (kita) yang perempuan.
Ya, Mbakyu saya mengalami kecelakaan. Jatuh dari tumpukan kursi gara-gara mencari bangkai tikus yang diduga berada di atas almari. Sial! Mbakyu sampai patah tulang lengan atas sebelah kanan. Tindakan dokter membuat kondisi Mbakyu membaik. Tapi, harus kontrol dokter setelah pulang dari rumah sakit.
Agar kontrol mudah dilakukan, Mbakyu tinggal sementara di rumah kami. Sebab, rumah kami dekat dengan rumah sakit, tempat mbakyu operasi. Sementara rumah Mbakyu berada di tempat yang lebih jauh.
Selama tinggal di rumah kami, Mbakyu bercerita masa lalu, khususnya tentang Mak. Saya memang memintanya  untuk bercerita  tentang Mak tempo dulu. Sebab, waktu itu saya masih kanak-kanak sehingga tak semua tentang "perjuangan" Mak saya mengingatnya.
Mbakyu sangat mengetahui sepak terjang Mak, yang single  parent waktu itu. Sebab, bapak berada di pulau lain karena harus menanggung persoalan politik. Ah, persoalan ini sangat memuakkan! Tak perlu diungkit. Kembali saja ke pokok tulisan.
Mbakyu yang membantu sepak terjang Mak waktu itu. Jadi, sekali lagi, Mbakyu yang  mengetahui benar bagaimana Mak berjuang untuk menghidupi anak-anaknya semenjak ditinggal bapak. Sampai-sampai Mbakyu tak melanjutkan ke kelas 4, karena harus membantu Mak.
Tiap pagi buta, begitu kata Mbakyu, Â ia harus membeli gula aren di desa sebelah. Di rumah salah seorang yang memproduksi gula aren. Gula aren adalah gula yang dibuat dari air yang diperoleh dari pohon aren, sering disebut nira.
Caranya, tangkai buah pohon aren yang masih muda dipotong agar menetes niranya. Di ujung potongan tersebut diberi penadah yang dibuat dari batang bambu yang sudah dipotong. Nira pohon aren terkumpul dalam batang bambu tersebut. Nira pohon aren itulah yang dibuat menjadi gula aren.
Kata Mbakyu, gula aren tersebut lalu dibawa Mak ke pasar. Dijual. Sebagian hasil penjualan gula aren dibelikan bahan-bahan kebutuhan makan, misalnya ikan, terasi, garam, kerupuk, tempe, dan tahu. Tak cukup sampai di situ. Mak selanjutnya memasak bahan-bahan kebutuhan makan tersebut untuk dijual keliling. Dari rumah ke rumah.
Bahkan, tak hanya sebatas dari rumah ke rumah. Mak juga menjual masakan olahannya itu ke lokasi-lokasi orang panen padi. Jadi, dari satu sawah ke sawah yang lain. Mak membawa barang dagangannya itu dalam dunak digendong di punggung, yang diikat dengan selendang. Sehingga, saat Mak berjalan, dunak tetap berada di punggungnya.