Mereka yang kontra berpikir berbeda. Mungkin ada yang begini. Pasti ingin meraih posisi dalam pekerjaan sehingga sekalipun sudah tua masih mau kuliah. Mungkin saja ada.
Sebab, dengan derajat pendidikan lebih tinggi tentu lebih memungkinkan menempati posisi tertentu. Secara birokrasi, orang yang memiliki pendidikan tinggi memang lebih diutamakan menjadi pemimpin ketimbang yang berpendidikan rendah.
Hanya, jangan lupa ada juga orang yang dapat menjadi pemimpin karena memiliki akses dan investasi meski pendidikannya rendah. Sekarang ini banyak dan terbukti hingga terbongkar oleh lembaga antirasuah.
Akan tetapi, pikiran kontra dengan argumentasi seperti (penggal pertama) di atas tidak selalu benar. Sebab, tidak semua orang memiliki ambisi. Artinya, tidak semua  orang memikirkan posisi sebagai pemimpin tujuan akhir setelah kuliah. Ada orang-orang yang kuliah untuk menambah ilmu pengetahuan dan sekaligus ingin memperbarui paradigma. Ingin mengembangkan diri agar tidak ketinggalan dari pemikiran-pemikiran yang memang berkembang dinamis akhir-akhir ini.
Pun ada juga yang sekalipun sudah tua mau kuliah karena ingin memotivasi yang muda-muda. Terlebih-lebih untuk anak-anaknya. Saya lebih mengarah pada alasan ini.
Sebab, ketika saya menawari si sulung untuk mengambil pendidikan berikutnya setelah lulus, ia menolak. Ia ingin bekerja terlebih dahulu. Saya tidak elok menolaknya. Sebab, perkataan "bekerja terlebih dahulu" memiliki muatan bahwa suatu saat ia akan melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi.
Memang ada orang-orang yang berpendapat bahwa kalau sudah bekerja dan merasakan memiliki uang atas jerih lelah sendiri dan merasa nyaman, sulit berkeinginan belajar lagi.
Apalagi perempuan dan sudah berumah tangga. Rasanya untuk menempuh pendidikan lanjutan tidaklah mudah. Ya, saya memang melihat ada fenomena begitu. Tapi, ada juga orang-orang yang tetap gigih belajar meski mereka sibuk. Saya menyukai orang-orang yang demikian.
Selamat bersiap-siap, kawan. Tetap semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H