Pasaran, salah satu permainan anak-anak (khususnya perempuan) yang hingga kini masih hidup sekalipun sudah jarang ditemukan. Hanya, saat-saat libur sekolah, pasaran bisa kita jumpai di beberapa tempat, baik di kota maupun desa. Itu pun tidak selalu. Artinya, di saat libur sekolah kadang anak-anak bermain pasaran kadang juga tidak. Tergantung ada banyak anak atau tidak. Jika di saat libur sekolah, ada banyak anak di rumah dalam satu lingkungan dan tak ada kegiatan, dimungkinkan mereka bermain bersama dan permainan yang sering dipilih adalah pasaran. Sebaliknya, jika anak-anak tak banyak jumlahnya, tak memilih bermain pasaran. Mereka hanya bermain kejar-kejaran atau sejenisnya.
Jarangnya permainan pasaran dilakukan anak-anak di masa kini karena sering di saat libur sekolah keluarga memiliki acara sendiri. Sehingga anak tidak dapat bergaul dengan anak sebaya di lingkungan berdomisili. Dengan begitu mereka tidak dapat beramain bersama. Di samping itu, kini anak-anak sudah banyak yang memiliki gadget yang mengakibatkan mereka sibuk atas diri sendiri. Mereka bermain sendiri melalui perkakas canggih itu. Tidak perlu ada kehadiran teman sebaya, mereka dapat bermain. Dan bahkan, sering mereka sangat menikmatinya. Gadget telah menggantikan peran teman bermain.
Nilai hidup
Padahal disadari atau tidak, pasaran dapat mengajarkan hidup bermasyarakat dalam jiwa anak-anak. Melalui pasaran, mereka memiliki peran-peran tertentu layaknya hidup bermasyarakat. Ada yang menjadi penjual, ada yang pembeli, misalnya.
Penjual harus menata barang-barang yang akan dijual. Menentukan harga-harga barang. Anak-anak belajar mengorganisasi, menglasifikasi, dan mengambil inisiatif dalam hal ini. Mereka tentu akan menata barang-barang itu dengan teratur dan rapi. Tentu membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian dalam menentukan harga barang-barang. Ada yang mahal, sedang, dan murah sesuai dengan (mungkin) ukuran barangnya.
Yang berperan sebagai pembeli, tentu belajar berhati-hati dalam memilih barang. Mana barang yang dibutuhkan, mana yang tidak. Berapa harus membayar. Perlu ditawaratau tidak. Dari situ mereka belajar hidup ekonomis.Bagiamana menghargai orang lain. Boleh jadi mereka belum mengenal istilah-istilah demikian, tetapi mereka dapat melakukannya dalam permainan pasaran dengan baik.
Mereka juga berlatih berkomunukasi sesuai dengan peran mereka. Bagaimana menjadi penjual harus berbicara dengan pembeli, begitu pun pembeli terhadap penjual. Aturan jual-beli pastilah dilakukan, misalnya harus membayar, memberi kembalian, memilih barang yang dibutuhkan, menawar, dan sebagainya.
Nilai-nilai hidup itu dapat membentuk pribadi anak, yang dapat menjadi bekal positif dalam hidup bermasyarakat kelak. Saya yakin, anak-anak yang demikian sangat menghargai hidup. Tidak hanya hidupnya sendiri, tetapi juga hidup orang lain. Dengan begitu, keharmonisan hidup bersosial dapat dipersiapkan sejak anak-anak.
Penyimpangan sosial
Kalau itu yang terjadi, tentu dijamin tak ada peselisihan antarpelajar (anak-anak). Karena mereka sudah mengenal hidup berdampingan, bermasyarakat, bersama, dan saling membutuhkan satu dengan yang lain, yang dapat dilakukan dalam permainan pasaran.
Akan tetapi, kalau sekarang ada dan bahkan sering djumpai tawuran antarpelajar, boleh jadi seiring dengan jarangnya anak-anak bermain pasaran. Nilai-nilai sosial dalam kehidupan anak-anak (juga orang tua) mulai menghilang. Sikap peduli terhadap teman telah sulit dijumpai. Lebih banyak yang menghindar saat ada seseorang membutuhkan pertolongan daripada memberiperhatian. Dengan berbagai alasan menghindar dari hal itu. Tak acuh terhadap sesama mewarnai hidup banyak orang.
Kepentingan pribadi lebih ditonjolkan. Banyak orang berpikir, buat apa terlibat dalam perihal orang lain jika malah merugikan. Kini, perhitungan untung rugi menjadi sebuah pilihan hidup pribadi. Tentu selalu memilih yang memberi untung. Memilih terlibat dalam perihal yang dihadapi orang bukan sebuah pilihan yang menguntungkan, tapi merugikan. Maka, sering dijauhi. Yang terjadi akhirnya penyimpangan sosial pada anak-anak dan bahkan bukan mustahil berlanjut hingga dewasa.
Maka, untuk mengantisipasi, memopulerkan permainan pasaran pada anak-anak perlu dilakukan. Memberi ruang bermain pasaran dan memotivasi di saat-saat tertentu di lingkungan tempat tinggal mereka sangat dianjurkan. Bahkan, bukan tidak mungkin di sekolah-sekolah rendah diadakan permaian pasaran pada jam-jam pelajaran tertentu. Di sekolah-sekolah lebih atas, bazar dapat menjadi pilihan yang menarik dalam membangun pribadi anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H